HTI Press. Surabaya. Direktur komunitas analis Islam Ideologis (CIIA) Harits Abu Ulya menyatakan pemerintah perlu evaluasi proyek kontra terorisme. “Pemerintah perlu evaluasi, jangan terjebak skenario asing dalam perang global lawan teroris ala Amerika (GWOT),” desaknya, Ahad (20/5) di Aula Zaitun, Asrama Haji Surabaya, Jawa Timur.
Pasalnya, menurut Harist , proyek kontra-terorisme dan kontra radikalisme melahirkan masalah dan perlawanan. “Baik proyek yang dilakukan dengan cara hardpower maupun softpower melahirkan masalah dan perlawanan,” ungkapnya.
Menurut Harist, salah satu masalah yang muncul adalah tindak kekerasan pembunuhan di luar jalur hukum (extra judicial killing) yang dilakukan Densus 88 kepada orang-orang yang baru diduga terkait terorisme. Masalah lainnya, lanjut Harist , penyesatan dan penyimpangan makna syariah, khilafah jihad, negara Islam oleh BNPT.
“Tentu saja kedua masalah itu menimbulkan perlawanan dari berbagai elemen umat Islam!” ungkapnya dalam talksshow Halqah Islam dan Peradaban (HIP) ke-20 Surabaya yang bertema Deradikalisasi; Alat Asing untuk Hambat Kebangkitan Ummat tersebut.
Di hadapan sekitar 600 peserta yang hadir, aktivis Hizbut Tahrir Indonesia ini pun menyimpulkan proyek deradikalisasi yang tengah digencarkan pemerintah ini merupakan bagian dari perang global melawan terorisme ala Amerika Serikat. “Sejatinya proyek deradikalisasi ini adalah proyek adu domba di tengah umat Islam untuk mengalenasi perjuangan syariat dalam sistem sosial politik!” pungkasnya.
Dalam acara bulanan yang digelar HTI Jawa Timur itu hadir pula Aris Munandar, LC (MUI Solo) dan Muh. Rif’an Wahyudi (Ketua Lajnah Siyasiyah HTI DPD Jatim).[]
Ust Rif’an Wahyudi Lajnah Siyasi HTI DPD Jatim
Ust. Haris Abu Ulya Pemerhati Terorisme