Ikhwanul Muslimin (IM) dikabarkan mengundang para pemimpin politik terkemuka yang tersingkir dari pemilihan presiden putaran pertama untuk membicarakan soal koalisi.
Langkah ini dilakukan demi membendung laju Ahmed Shafiq, mantan Perdana Menteri Hosni Mubarak, sekaligus menyelamatkan revolusi Mesir.
Tokoh-tokoh yang akan diajak berembug itu adalah mantan kandidat dari kaum kiri Hamdeen Sabahy dan Abdel Moneim Abul Fotouh dari kalangan islam independen. Inisiatif ini pun dipandang menandai upaya baru Ikhwanul Muslimin dalam menjangkau kekuatan lain yang ditekan pada masa Mubarak.
Langkah ini sejalan dengan saran beberapa kalangan yang melihat potensi kekuatan calon yang disebut-sebut didukung oleh Dewan Agung Militer (SCAF) pimpinan Jenderal Mohamed Hussein Tantawi.
“Ikhwanul Muslimin harus mencapai cara yang besar dan dramatis menuju pusat maupun kekuatan politik lain, jika mereka memiliki harapan untuk meraih dukungan dan memenangkan kursi kepresidenan,” kata Elia Zarwan, dari Hubungan Luar Negeri Dewan Eropa.
Mohamed Habib, mantan wakil pemimpin Ikhwanul Muslimin mengatakan, IM mesti menawarkan posisi wakil presiden setidaknya kepada dua orang dari luar kelompok mereka. Dia menyarankan, satu posisi dari kalangan Kristen.
Namun hingga kini, belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai ada tidaknya pembahasan kompromi posisi wakil presiden dan koalisi baru.
“Kami tahu bahwa kita akan berhasil dalam inisiatif penyatuan untuk menyelamatkan bangsa dan melengkapi revolusi,” kata Essam el-Erian, wakil pemimpin FJP dalam konferensi pers.
Upaya penggalangan kekuatan itu bak gayung bersambut. Abul Fatouh, yang memenangkan 17,6 persen suara, mengungkapkan, dirinya siap untuk menyokong Ikhwanul Muslimin untuk mengalahkan Perdana Menteri terakhir Hosni Mubarak itu. (mediaindonesia.com, 26/5/2012)