Mesir- Syeikh Ali al Qattan , warga Mesir yang pernah berkata kepada mantan Presiden Mesin Hosni Mubarak untuk “takut kepada Allah” setelah bertemu dengannya di sebuah mesjid, berbicara setelah mendapat siksaan selama 15 tahun di penjara dikarenakan mengatakan kata-kata itu.
Pada tahun 1993, ketika Sheikh Ali al-Qattan selesai sholat di Mesjid Nabawi di Saudi Arabia, dia terkejut mendapatkan Mubarak memasuki ruang peribadatan.
“Itu merupakan hal yang spontan, Saya tidak merencanakannya,” kata Qattan kepada TV Mesir dalam sebuah talk show “Al Haqiqa” (Kebenaran) pada Minggu ini.
“Setelah kami selesai sholat, saya menoleh dan melihat presiden; namun anehnya, mereka mengosongkan sebagian besar ruangan sholat hanya untuk memberikan dia jalan masuk. Dia memiliki banyak pengawal dengan senjata lengkap; mereka tampak sangat bermusuhan dan menjadikan suasana di dalam mesjid menjadi tidak nyaman.”
Qattan kemudian berdiri dan mendekati mantan presiden itu sambil mengatakan “takutlah kepada Allah, ” sambil menunjukkan kemarahannya atas bagaimana Mubarak memimpin negara.
Saat itu, Qattan menjelaskan, di Mesir seringkali terjadi serangan mematikan terhadap pemberontak Islam. Khususnya pada tahun 1993 adalah tahun yang sangat sering terjadi serangan teroris di Mesir, yang mengakibatkan sedikitnya terbunuh 1100 orang atau terluka, sementara beberapa orang polisi senior ditembak mati di siang bolong.
“Pasukan keamanan berkeliaran di jalan-jalan di seantero negeri dan menembaki penduduk Mesir secara serampangan,” kata Qattan.
Setelah mengucapkan perkataan itu, Qattan mengatakan, Mubarak “langsung terlihat tidak senang.”
“Dia lalu menoleh ke kiri dan kanan untuk memanggil para pengawalnya. Dengan kasar, para pengawalnya itu langsung menangkap saya dan melindungi Mubarak, dan segera memintanya keluar dari tempat peribadatan. Saya lalu mengerti bahwa dia mungkin takut akan menjadi korban serangan dengan kekerasan.
“Pengawalnya lalu membekap mulut saya, seolah mencoba menghentikan saya untuk mengatakan hal lain, tapi saya tidak berencana melakukannya. Mereka membawa saya keluar ruangan, bahkan mereka tidak memberi kesempatan pada saya untuk memakai sepatu.
“Mereka kemudian menggeledah saya untuk mencari bom atau senjata. Ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu pada saya, salah seorang dari mereka berkata: ‘Kamu telah membuat malu kami. Kamu seharusnya mengatakan kepadanya [Mubarak] di Mesir.”
Qattan kemudian menjawab: “Kami sedang berada di mesjid; ini adalah tempat untuk semua muslim dan tidak mengapa mengatakan hal seperti itu di sebuah mesjid.”
Sheikh Qattan kemudian dibawa dari Madinah ke Jeddah untuk diinterogasi. Dia teringat bahwa dia harus menyeret “10 kilogram rantai dan bola besi” di kakinya ketika berjalan di airport menuju pesawat.
Setelah diinterogasi di Saudi Arabia, pasukan Keamanan Nasional Mesir membawanya pulang ke Mesir.
“Saya diperlakukan seperti seorang teroris. Mereka mengikat saya dengan rantai dan borgol. Mereka mencoba memaksa saya memimum obat penenang, tapi saya katakan saya sedang puasa dan tidak minum apapun,” paparnya.
Sesampainya di Mesir, para penyelidik mendapatkan bahwa dia tidak berafiliasi dengan kelompok-kelompok militan Islam atau kelompok teroris manapun.
Mantan sipir penjara tempat dimana Qattan ditahan, Major-General Ibrahim Abd al-Ghaffar, menggambarkan bagaimana Qattan diperlakukan selama dalam tahanan.
“Dia dipenjara dalam ruang tahanan tersendiri selama bertahun-tahun dan tidak boleh menerima kunjungan melainkan atas izin menteri dalam negeri. Saya memutuskan untuk membawanya keluar ruangan dan setiap hari saya katakan kepadanya untuk datang ke kantor saya, dimana dia dapat duduk bersama saya dan minum teh. Saya tahu dia diperlakukan dengan kejam.”
Ghaffar kemudian meminta Major-General yang lain untuk meminta Qattan agar dia dibebaskan. Namun, permintaan itu ditolak oleh mantan Kepala Staf Militer, Zakariya Azmy, yang mengatakan bahwa Mubarak masih “tersinggung” atas perkataan Qattan dan tidak mau membahas topik itu lagi, kata Ghaffar. Permintaan itu diajukan beberapa kali hingga akhirnya pihak berwenang akhirnya setuju untuk membebaskannya tahun 2007.
Dalam wawancara televisi, Qattan menyebutkan bahwa dalam sejarah Islam, perkataan “Takutlah kepada Allah” dikatakan kepada para khalifah Islam.
“Khalifah biasanya meminta rakyatnya untuk menasehati mereka untuk takut kepada Allah. Ketika mereka mendengarnya, mereka tidak marah [seperti halnya Mubarak], tapi mereka menyambutnya seperti sebuah nasehat.[] mediaumat.com
Allahu Akbar Walillahilhamd! Subhanallah….
Subhanallah,…sungguh luar biasa Syeikh Ali al Qattan…..Allah Memberkahimu
Inilah bedanya rezim dungu bin idiot sekuler despotik dengan sistem Khilafah.