HTI Press. Yogyakarta. Hampir 2000 tokoh umat Yogyakarta memenuhi gedung Sportorium UMY pada 10 Juni 2012. Dari ruangan itu bergema seruan syariah dan khilafah.
Salah satu tokoh yang hadir dalam perhelatan yang digelar DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Yogyakarta itu adalah mantan wawali Kota Yogyakarta H Sukri Fadloli. Tokoh dari PPP ini sangat apresiatif terhadap acara dan perjuangan HTI. Bahkan ia menawarkan untuk penyadaran umat di kalangan PPP untuk mengkaji tentang khilafah secara lebih mendalam.
Tokoh lainnya, Toha Abdurrahman dari MUI. Penasihat Sri Sultan Hamengkubuwana X ini tetap memaksakan diri untuk menyukseskan konferensi ini padahal keadaan fisiknya sedang lemah karena serangan stroke. Masih banyak lagi tokoh yang hadir dan memberikan dukungan seperti Pengurus Muhammadiyah Kulon Progo Tuwar dan ormas Islam lainnya serta beberapa insan media.
Sebenarnya, KTU berlangsung berbarengan dengan pesta demokrasi pemilihan 20 lurah di Bantul dan hajatan keluarga di berbagai tempat. “Namun demikian target peserta 1500 tokoh tercapai, bahkan lebih 500 orang,” ujar panitia.
Mereka menyimak pemaparan petinggi DPP HTI maupun DPD HTI Yogyakarta Prof Dr Fahmi Amhar; Dwi Condro Triono, PhD; Dr Kholid Ridwan dan lainnya. Teriakan takbir sesekali muncul di sela-sela orasi tentang urgensitas penegakankembali syariah Islam dalam bingkai khilafah, bahkan setelah istirahat sekitar satu jam untuk makan dan shalat di masjid para tokoh masih bersedia untuk mengikuti acara sampai selesai. Hanya beberapa tokoh yang izin.
Ketika memasuki ruangan, para peserta dibuat tercengang. Kursi yang semula menghadap ke panggung utama berubah menjadi roundtable atau siap dipakai untuk diskusi meja. Ada 62 meja bundar yang setiap mejanya terisi 15 sampai 20 kursi yang diduduki para tokoh. Setiap meja ada pemamdu yang siap untuk mendiskusikan materi yang disampaikan di sesi pertama.
Ada yang menarik dari KTU di Yogyakarta, salah satunya adalah adanya kids corner. Ratusan anak baik yang masih bayi sampai anak-anak yang sudah bisa berlari dikumpulkan jadi satu dan dipandu oleh panitia khusus yang menangani anak-anak. Sehingga, baik peserta maupun panitia yang membawa anak bisa mengikuti acara tersebut sampai usai. Selapas acara pembicara menyediakan waktu untuk konfrensi pers dengan media.[] Lutfianto