Pakistan dapat memulai serangan nuklir ke India dalam waktu delapan detik, kata seorang jenderal di Islamabad seperti dikutp dalam buku harian Alastair Campbell.
Jenderal itu meminta mantan Direktur Komunikasi di era pemerintahan Tony Blair untuk mengingatkan India atas kemampuan nuklir Pakistan di tengah kekhawatiran Islamabad bahwa Delhi “akan memaksa keduanya untuk perang “.
Inggris begitu prihatin mengenai atas Pakistan itu sehingga seorang penasehat kebijakan senior urusan luar negeri di era Blair, Sir David Manning, memperingatkan dalam laporannya bahwa Pakistan siap melakukan “perang nuklir”.
Peringatan serangan nuklir itu diungkapkan saat kunjungan Blair ke benua India setelah serangan 11/9 pada tahun 2001. Campbell diberitahu tentang ancaman serangan delapan-detik itu dalam makan malam di Islamabad pada tanggal 5 Oktober 2001 yang diselenggarakan oleh Pervez Musharraf, Presiden Pakistan saat itu.
Campbell menulis: “Saat makan malam aku bersama dua jenderal bintang lima yang menghabiskan sebagian besar waktunya membuat daftar kekejaman dimana India dianggap bertanggung jawab, seperti membunuh rakyat Pakistan dan mencoba menyalahkan para ‘pejuang kebebasan’ Kashmir. Mereka yakin bahwa satu hari akan ada perang nuklir karena India, meskipun memiliki banyak penduduk dan besarnya tujuh kali lipat, merupakan negara yang tidak stabil.
“Ketika saya akan pergi, salah seorang jenderal itu meminta saya untuk mengingatkan orang India: ” Hanya perlu delapan detik bagi kami untuk meluncurkan rudal nuklir,” katanya sambil tersenyum lebar.
Blair mengunjungi Pakistan kurang dari sebulan setelah serangan 9/11 saat Inggris dan Amerika Serikat berusaha untuk memberi dukungan kepada Islamabad sebelum dilakukan pemboman atas Afghanistan, yang dimulai pada tanggal 7 Oktober 2001. Campbell menulis bahwa kepemimpinan Pakistan tampaknya tertarik bahwa Inggris dan Amerika Serikat akan menangkap Osama bin Laden.
Hubungan antara Islamabad dan Delhi anjlok setelah kunjungan Blair itu saat teroris menyerang parlemen India pada tanggal 13 Desember 2001, yang menewaskan tujuh orang, lima dari penyerangnya meninggal.
India menyalahkan kelompok militan yang berbasis di Pakistan atas serangan yang dilakukan oleh Lashkar-e-Taiba dan kelompok Jaish-e-Mohammed yang memerangi India di Kashmir.
Blair kembali ke India pada Januari 2002, tak lama setelah jatuhnya Taliban di Afghanistan, di tengah kebuntuan masalah nuklir yang paling menegangkan antara India dan Pakistan sejak kemerdekaan pada 1947.
Dalam persiapan kunjungan tersebut, Manning menyiapkan laporan bagi Blair yang memperingatkan bahwa ancaman nyata dari sebuah konflik nuklir. Dalam kutipan dari buku hariannya tanggal 4 Januari 2002, Campbell menulis: “DM telah menerbitkan sebuah laporan, yang meyakinkan kami bahwa Pakistan akan ‘melakukan perang nuklir’ dan sekali mereka melakukannya, mereka akan melepaskannya dalam skala besar. TB benar-benar merasa khawatir dengan hal itu dan berkata kepada David: “Mereka tidak akan benar-benar siap berperang dengan senjata nuklir atas Kashmir, bukan? ‘ DM mengatakan bahwa masalahnya karena tidak ada pemahaman yang jelas tentang strategi dan situasi yang cenderung berkembang dan meningkat dengan cepat. ”
Beberapa hari setelah kunjungan, kebuntuan antara India-Pakistan dibahas oleh kabinet Inggris. Dalam kutipan catatan hariannya pada tanggal 10 Januari 2002, Campbell menulis: “CDS [Kepala Staf Pertahanan Laksamana, Sir Michael Boyce] mengatakan jika India dan Pakistan berperang, kita akan sampai ke sungai tanpa dayung. Geoff [Hoon] mengatakan ada kemungkinan untuk memanggil Tentara Teritorial cadangan. TB memberikan penilaian cukup suram atas hubungan India / Pakistan, dan mengatakan [Perdana Menteri India Atal Bihari] Vajpayee benar-benar marah atas cara [Presiden Pakistan] Musharraf memperlakukan India. Penempatan pasukan militer masih tetap sama, dengan lebih dari satu juta tentara di sana [di Kashmir]. Kampuan Pakistan jauh lebih besar dari yang dipercayai oleh India. ”
Ketegangan hubungan antara Delhi dan Islamabad telah mereda dalam beberapa tahun terakhir, meskipun keduannya masih tetap tegang karena Delhi percaya bahwa elemen-elemen di Pakistanlah yang mendorong kelompok-kelompok teror Kashmir. Selama kunjungan pertamanya ke India pada tahun 2010 David Cameron dikenal telah menuduh Pakistan mengekspor terorisme.
Campbell juga menyampaikan ancaman nuklir lain setahun kemudian ketika George Bush mengatakan kepada Blair bahwa dia (Bush) takut jika Ariel Sharon, Mantan Perdana Menteri Israel, berencana untuk meluncurkan serangan nuklir terhadap Irak. Dalam catatan percakapannya dengan Bush pada pertemuan puncak NATO di Praha pada November 2002, ketika tekanan diplomatik pada Saddam Hussein meningkat, Campbell menulis: “[George Bush] merasa bahwa jika kita menyingkirkan Saddam, kita bisa membuat kemajuan Tengah Timur. Ia melaporkan hasil beberapa diskusinya dengan [Ariel] Sharon, dan mengatakan bahwa ia telah bersikap keras terhadap dia. Sharon mengatakan bahwa jika Irak menghantam Israel, tanggapan mereka akan ‘meningkat’ yang berarti Israel akan menggunakan nuklir. Bush mengatakan kepadanya (Sharon): ‘Anda tidak akan menggunakannya, anda tidak akan melakukan itu, itu tindakan gila.’ (RA)
Sumber: quardian.co.uk (16/6/2012)