Nama Albertus Soegija atau dikenal sebagai Pastur Soegija menjadi pembicaraan hangat akhir-akhir ini. Hal tersebut tidak lain dengan kehadiran Film Soegija besutan Garin Nugroho. Namun Kandidat Doktor Sejarah UI, Tiar Anwar Bachtiar punya pandangan lain menyangkut penokohan Soegija dalam film yang diperankan Direktur Salihara, Nirwan Dewanto itu.“Selama jadi pastur, Soegija dibiayai (digaji) oleh pemerintah Hindia Belanda. Saat Jepang datang, semua fasilitas bagi gereja dihapus, termasuk gaji para pastur dan biaya untuk gereja,” ujar Tiar kepada hidayatullah.com, Senin 2 Juli 2012.
Tiar menjelaskan bahwa Jepang membatasi gerakan orang-orang Kristen karena dianggap ‘antek-antek’ Belanda.
“Jadi, kalau Soegija melawan Jepang, itu sesungguhnya bukan suatu yang heroik,” sambung pengarang berbagai buku sejarah ini.
Selama menjajah Indonesia, lanjut Tiar, Belanda membiayai semua jenis missi dan zending. Terlebih saat Partai Katolik menjadi pemenang di Parlemen Belanda. Pastur-pastur di Indonesia dikirim juga dari Belanda seperti Frans van Lith dan lain-lain. Bisa dikata bahwa perkembangan dan penyebaran Kristen ini ditopang sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda yang tidak lain adalah penjajah.
“Karena itu, dalam sejarahnya, karena misi dan zending dibiayai pemerintah kolonial, tidak pernah tercatat ada pastur yang ‘memberontak’ melawan Belanda,” tegasnya yang juga menjadi peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) ini.
Tiar berpendapat film ini terlalu menonjolkan sisi-sisi yang “dianggap heroik” dan “kemanusiaan”, sementara sisi yang lain seperti perselingkuhan misi dengan pemerintah Belanda tidak diangkat ke permukaan.
“Tapi, tentu saja itu hak dari orang-orang Katolik yang ingin menonjolkan perannya di negeri ini. lagi pula, Soegija memang sudah dinobatkan sebagai pahlawan Indonesia.”
Akan tetapi, ia berpesan, jangan karena film ini masyarakat sengaja dilupakan akan fakta bahwa kristenisasi di negeri ini adalah salah satu buah dari kolonialisme Spanyol, Portugis, dan Belanda yang notabene adalah Negara Kristen.
“Soal bagaimana penilaian, itu tergantung dai sudut pandang mana orang menilai. yang penting fakta sejarah jangan ada yang ditutupi,” tutupnya.
Seperti diketahui, sosok Soegija tak bisa dilepaskan dari sosok Frans Van Lith, tokoh Yesuit yang sangat aktif melakukan kegiatan misi melalui pendidikan dan budaya Jawa. (hidayatullah.com, 2/7/2012)
sekali lagi fakta sejarah indonesia diungkap