Kelompok relawan menyayangkan sikap Pemerintah Myanmar yang mempersulit pemberian bantuan internasional kepada etnis Muslim Rohingya. Pasalnya, puluhan ribu pengungsi etnis minoritas itu mulai dilanda kelaparan dan malnutrisi.
Parahnya, belum lama ini, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan adanya penangkapan sepuluh orang relawan ketika hendak menyalurkan bantuan kepada etnis Rohingya. Lima dari sepuluh relawan tersebut adalah staff PBB. Selain ditangkap, beberapa relawan tersebut juga diduga terancam dimejahijaukan.
Hingga kini, kejelasan nasib sepuluh relawan yang ditangkap tersebut belum diketahui. Sejak konflik antaretnis di Provinsi Rakhine meletus pada Juni lalu, sebagian besar relawan dievakuasi paksa oleh pemerintah setempat.
“Kami khawatir dengan tingkat malnutrisi yang sudah dan akan terus meningkat signifikan. Jika akses kemanusiaan tidak dijamin oleh pihak keamanan, tidak ada jalan lain untuk menghindar dari bencana kelaparan,” kata Tarik Kadir dari Action Against Hunger seperti dikutip The Guardian, Selasa (17/7).
Tarik mengatakan, para staffnya dipaksa meninggalkan bagian utara provinsi Arakan, tempat sekitar 800 ribu Muslim Rohingya mengungsi. Selain kelaparan, ancaman penularan wabah penyakit juga semakin mengancam mengingat minimnya layanan medis di tempat pengungsian. (republika.co.id, 17/7/2012)