Jakarta– Angka golongan putih (golput) atau warga yang memutuskan tidak memilih dalam putaran pertama Pilgub DKI mencapai sekitar 37 persen. Ketua Pokja Pemungutan dan Penghitungan Suara KPU DKI, Sumarno, menyatakan ada banyak faktor yang mempengaruhi. Apa saja faktor-faktor itu?
“Pertama, golput karena alasan politis, orang tidak memilih karena tidak percaya kepada penyelenggara negara yang mungkin dianggap korup. Kedua ada variabel golput logis, pemilih yang golput karena misalnya alasan tidak merasa satu agama dengan kandidat, atau ketidakpercayaan akan adanya perubahan,” ujar Ketua Pokja Pemungutan dan Penghitungan Suara KPU DKI, Sumarno, kepada detikcom, Kamis, (19/7/2012).
Ketiga, menurut Sumarno adalah golput karena faktor teknis. Yaitu faktor sosialisasi yang kurang dari penyelenggaran pemilu, KPU DKI. Keempat, faktor apatis. Masyarakat yang memang acuh dengan adanya pemilihan gubernur dan wakil gubernur, mereka tidak memiliki sikap politik yang jelas.
“Nah, kami belum mengetahui variabel mana yang mempengaruhi tigginya angka golput pada pemilihan kemarin, apakah faktor politis logis, teknis atau apatis. Dari kesemuanya tentu punya penyelesaian yang berbeda-beda juga,” kata Sumarno.
Ia mencontohkan, untuk menekan angka golput karena alasan teknis, tentu akan diupayakan kembali dengan melakukan sosilasasi yang lebih masif pada putaran kedua nanti.
“Kalau alasan apatis, ya itu sulit karena mereka tidak merasa memiliki tanggungjawab sebagai pemilih. Termasuk juga faktor logis maupun politis,” tuturnya.
“Jadi membutuhkan upaya bersama tidak hanya KPU DKI, tetapi juga pasangan calon bagaimana meningkatkan partisipasi politik dalam putaran kedua nanti,” imbuhnya.[] detik.com