Rezim Assad Menjelang Ajal, Pejuang Suriah Bantah Bom Bunuh Diri

Serangan Bom di Suriah Mentargetkan Orang Di Lingkaran Assad


Kematian saudara ipar Presiden Assad dan seorang menteri pertahanan dalam sebuah ledakan jelas dirayakan di Damaskus.

Oleh Daoud Rajha dan Assef Shawkat

Obeida Nahas dari Dewan Nasional Suriah membantah para pemberontak telah dipukul mundur oleh pemerintah Assad dengan berhasil dibunuhnya tiga anggota elit keamanan presiden.

Saudara ipar dari Suriah Presiden Bashar al Assad dan menteri pertahanannya adalah diantara tiga orang yang tewas akibat ledakan bom yang melanda jantung elit keamanan negara itu.

Assef Shawkat dan menteri pertahanan Daoud Rajha meninggal dalam ledakan itu ketikada diadakan pertemuan keamanan pejabar senior dan tokoh-tokoh pemerintah di Damaskus.

Jendral Suriah Hassan Turkmani, mantan menteri pertahanan dan pejabat militer senior, juga tewas, dan beberapa lainnya luka-luka.

Serangan itu, memunculkan perayaan yang terlihat jelas di beberapa bagian ibukota, dan merupakan serangan yang paling serius yang ditujukan pada lingkaran dalam presiden dan beberapa analis percaya itu menandai “awal dari akhir” rezim Assad.

Gedung Putih mengatakan setelah serangan mematikan itu presiden telah “kehilangan kendali”. Rusia mengutuk pemboman itu sebagai “tindakan teror” dan menyerukan mereka yang berada dibalik itu untuk dihukum.

Bom, yang dipasang di sebuah gedung keamanan nasional di pusat kota Damaskus yang letaknya tidak jauh dari istana presiden, meledak pada hari keempat pertempuran sengit antara pemberontak dan tentara di ibukota.

Ada laporan yang bertentangan tentang apakah itu merupakan bom bunuh diri atau telah ditanam sebelumnya.

Sky News berbicara dengan seseorang yang berada di dalam gedung pada saat itu. Editor Sky, Tim Marshall berkata, “Mereka mendengar ledakan… kemudian mereka mendengar suara tembakan.”

Sebuah kendaraan PBB berada di dekat lokasi serangan bom di pusat kota Damaskus

“Pada titik inilah mereka menyadari bahwa ada masalah mengapa ada tembakan? Mengetahui adanya pasukan keamanan di sana, sangat mungkin bahwa orang bereaksi dengan cara yang panik. Hal ini bisa menjelaskan suara tembakan yang terdengar itu.”

Ledakan itu terjadi hanya beberapa jam menjelang pemungutan suara mengenai resolusi atas Suriah baru. Utusan Perdamaian PBB Kofi Annan sejak itu telah meminta pemungutan suara agar ditunda.

Beberapa sumber mengatakan seorang pengawal yang dipekerjakan oleh elit rezim membawa suatu perangkat yang dipasang pada sabuknya di pinggang.

Namun, kelompok pemberontak yang mengaku bertanggung jawab membantah ledakan itu adalah serangan bunuh diri.

Liwa al Islam, sebuah kelompok pemberontak Islam yang artinya ‘Brigade Islam’, mengatakan telah merencanakan serangan itu selama satu bulan. Tentara Pembebasan Suriah juga mengaku bertanggung jawab.

Awal rincian atas lima ledakan itu lebih jauh akan dilaporkan di dekat pangkalan militer yang dipimpin oleh saudaranya Assad.

Suriah berikrar akan menghukum mereka yang bertanggung jawab dan mengatakan akan “memotong setiap tangan yang merugikan keamanan nasional”.

“Pasukan bersenjata bertekad untuk menghentikan geng-geng penjahat dan membunuh dan mengejar mereka ke mana saja mereka pergi,” kata sebuah pernyataan militer.

Daoud Rajha disumpah sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad

Ledakan bom itu terjadi di tengah laporan bahwa sedikitnya 60 tentara tewas di Damaskus dalam 48 jam terakhir, saat penduduk kota turun ke medan pertempuran.

Dan itu terjadi hanya beberapa jam setelah dua jenderal menyeberangi perbatasan Turki – dengan membawa 18 tokoh militer senior yang membelot.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengutuk serangan bom yang menewaskan para pejabat itu, dan menambahkan bahwa hal itu “memperkuat” argumen alasan agar PBB mengambil langkah menentukan.

Para pemberontak telah mengumumkan serangan skala penuh di ibukota dan berkata bahwa pukulan untuk “membebaskan” ibukota telah dimulai.

Lembaga Pengamat Suriah yang berpusat di Inggris untuk Hak Asasi Manusia mengatakan sedikitnya 93 orang tewas di seluruh negeri pada hari Selasa, saat persenjataan berat menyerang wilayah-wilayah termasuk Homs.

“Semuanya telah berada diluar kontrol karena presiden sendiri meminta pemerintahnya untuk mengubahnya menjadi perang berskala penuh.

“Baru kami di pihak oposisi yang berbicara tentang solusi politik.”

Sementara itu, Rusia tetap berselisih dengan AS dan sekutu Eropa menjelang pemungutan suara mengenai resolusi Suriah yang baru.

Tampaknya ada sedikit harapan bahwa PBB akan bersatu di belakang rencana perdamaian untuk mengakhiri perang saudara yang berlangsung selama 17-bulan itu.

Batu sandungan utama adalah permintaan Barat agar ada sebuah resolusi yang mengancam sanksi non-militer dan terikat pada Bab 7 Piagam PBB. Bab 7 memungkinkan Dewan Keamanan untuk mengesahkan aksi militer, namun para pejabat AS mengatakan mereka lebih berbicara tentang sanksi dibandingkan kekuatan militer. Rusia gigih menentang penyebutan sanksi atau penerapan Bab 7.

(rz/ Sumber : www.news.sky.com/ Rabu 18 Juli 2012)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*