Korban jiwa terus berjatuhan akibat kekerasan etnis di wilayah timur laut India. Tambahan personel militer pun dikerahkan untuk mengatasi bentrokan berdarah yang telah terjadi beberapa hari ini.
Akibat kekerasan sektarian ini, lebih dari 170 ribu warga desa telah meninggalkan rumah-rumah mereka di negara bagian Assam. Mereka berlindung di kamp-kamp pengungsi, gedung-gedung pemerintah dan sekolah-sekolah. Sebanyak 35 orang telah tewas sejak bentrokan terjadi pada Jumat, 20 Juli lalu. Puluhan rumah warga hangus dibakar.
Bentrokan ini terjadi antara suku asli Bodo dan para pemukim muslim yang telah bertikai selama bertahun-tahun terkait sengketa wilayah yang berkepanjangan.
“Situasi tegang dan kami mendapatkan tambahan pasukan paramiliter,” kata kepala kepolisian Assam, J.N. Choudhury kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (25/7/2012).
Diimbuhkannya, sebanyak 9 jasad yang tewas semalam telah ditemukan pagi tadi waktu setempat.
Dalam tayangan stasiun televisi India terlihat bahwa rumah-rumah dibakar oleh massa. Nampak pula kaum wanita dan anak-anak berkumpul di kamp-kamp pengungsi yang dikelola pemerintah dan dijaga oleh para tentara.
“Kami telah kehilangan semuanya dalam kekerasan ini. Rumah-rumah kami semuanya sudah rata dengan tanah oleh massa yang membakar properti kami,” cetus Rabiul Islam, seorang warga desa di distrik Kokrajhar.
“Kami tidak tahu berapa lama kami harus tinggal di kamp pengungsi. Kami tinggalkan semuanya di rumah dan hanya berlari untuk menyelamatkan diri kami,” cetus Ronila Brahma, seorang ibu dengan dua anak.
Menurut kantor berita India, Press Trust of India, pertempuran bermula ketika dua pemimpin mahasiswa Islam ditembak dan mengalami luka-luka serius di Kokrajhar. Ini menimbulkan aksi pembalasan terhadap etnis Bodo.
Atas kerusuhan ini, polisi telah mengeluarkan perintah tembak di tempat setelah para perusuh membakar toko-toko dan rumah-rumah serta. Perintah ini berarti massa yang melanggar jam malam bisa ditembak tanpa peringatan. (detik.com, 25/7/2012)