Indonesia Police Watch (IPW) menilai ada lima keanehan di balik penyerbuan Brimob ke Desa Limbang Jaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan yang mengakibatkan satu tewas dan sejumlah orang lainnya tertembak. Hal itu disampaikan oleh Ketua Presidium IPW Neta S Pane kepada mediaumat.com, Ahad (29/7) melalui pesan elektronik.
Adapun keanehan yang dimaksud sebagai berikut. Pertama, “Benarkah telah terjadi pencurian pupuk milik PTPN? Jika pun benar, apakah semua warga Limbang Jaya terlibat pencurian sehingga desa itu harus diserbu Brimob,” tanyanya.
Kedua,” Apa dasar hukumnya pasukan Brimob dilibatkan untuk mencari pencuri pupuk, bukankah itu tugas reserse?” ujarnya retorik.
Ketiga, IPW menilai apa yang terjadi di Limbang Jaya adalah penyerbuan dan bukan Patroli Dialogis seperti yang dikatakan polisi. Polri tidak mngenal adanya Patroli Dialogis. Kalau pun ada operasi dialogis sifatnya tertutup, dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat agar membantu menyerahkan pelaku pencurian pupuk.
Keempat, kasus ini bermula saat puluhan truk yang mengangkut Brimob bersenjata lengkap melintas di Limbang Jaya, lalu siapa yang memerintahkan operasi tersebut dan sangat mustahil kapolda, direktur operasi dan Kasat Brimob tidak tahu dengan penyerbuan ini.
Kelima, “Siapa yang membiayai operasi penyerbuan ini? Adakah pihak PTPN membantu dana operasinya?” selidiknya. Neta pun menduga ada gratifikasi dan suap dari PTPN untuk memperalat polisi dalam menzalimi rakyat Limbang Jaya. “Sehingga para pejabat PTPN yang (diduga, red) memberi bantuan harus diperiksa,” desaknya.
IPW menyayangkan terjadinya penyerbuan ini dan mengingatkan Polri adalah alat negara yang senantiasa harus melindungi rakyat. “Jika terjadi pelanggaran hukum di masyarakat, Polri harus profesional dan bukan memihak, apalagi diperalat untuk menzalimi rakyat!” tegasnya. (mediaumat.com, 29/7/2012)
Azab Alloh SWT atas segala kesewenangan dan ketidak adilah. Saatnya khilafah tampil ke depan, Alloh huakbar!!!
Negara ini tidak membela rakyat