Wilayah yang tepat untuk Khilafah

HTI Press, Jakarta- “Jika khilafah tegak dimanakah wilayah paling tepat dan layak untuk menegakkan khilafah,” tanya Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof. Dr. ZS Nainggolan, MA dalam Diskusi dan Buka Puasa Hizbut Tahrir bersama Tokoh Umat Islam, Jumat (3/8) di Kantor DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Crown Palace, Jakarta.

Menjawab pertanyaan tersebut, Ketua DPP HTI, Hafidz Abduraahman menjelaskan bahwa ada tiga syarat yang harus dimiliki agar wilayah tersebut dikatakan layak untuk tegaknya khilafah.

Pertama, wilayah itu memiliki kemampuan mandiri tanpa ada penjajahan. Kedua, dibaiatnya seseorang menjadi khalifah.

Menurutnya, khalifah yang diangkat dalam wilayah itu harus memenuhi tujuh syarat pengangkatan seorang khalifah.

”Yakni. Muslim, balig, laki-laki, berakal, adil, merdeka dan mampu,” terangnya

Ia menambahkan Ketika ada wilayah yang independen dan ada khalifah yang memenuhi syarat. Maka khilafah yang berdiri itu  harus menegakkan Islam secara kaffah.

Bila salah satu syaratnya saja tidak terpenuhi maka tidak sah. Contohnya:  pada tahun 90-an, Libanon mengumumkan presidennya itu menjadi seorang khalifah tetapi Hizbut Tahrirlah yang pertama kali menolak.

“Karena presiden yang menyatakan dirinya khalifah itu adalah orang Kristen,” paparnya.

Di Beirut pernah juga ada yang menyatakan sebagai khilafah nasionlis, di Irak pun sama namun kondisi di sana sekarang masih dijajah. “Apa gunanya mengumukan sebagai negara khilafah namun tidak merdeka dan tidak bisa menjalankan kekuasaan? Itu sesuatu yang kita tidak harapkan,” tambahnya.

Karena itu, menurutnya, sangat penting masterplan perjuangan penegakkan khilafah agar tidak terjebak dengan tipu daya kaum kafir. Politik damai yang dijalankan, bertujuan agar bukan saja Hizbut Tahrir yang paham ini semua, tapi juga umat yang mengerti dengan apa yang akan tegak.

“Dan jika khilafah nanti berdiri maka kita bersama-sama umat akan mempertahankan khilafah,” imbuhnya.
Acara buka puasa  yang penuh dengan suasana kekeluargaan itu dihadiri pula Amin Lubis (Perti), Mufti (Sarekat Islam Indonesia, Djauhari (SI), dan lain-lain[] fatih mujahid/joy

One comment

  1. Muhammad An-Nawawi

    Subhanallah Pertanyaan pak Profesor ini, insyaAllah tercerahkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*