Komentar Politik April 2008

1. Dua puluh pemimpin dunia adakan konferensi di Watford (4-5 April 2008). PM Inggris, Gordon Brown: “Kita harus membentuk ulang peraturan-peraturan global kita. Tantangan kita adalah menciptakan masyarakat global sebenarnya. Pengawasan nasional yang kita miliki tidak memadai.” (Media Indonesia, 6 April 2008).

Komentar:
Ini pengakuan bahwa nation state tidak memadai. Butuh tatanan global baru. Bila kapitalisme dan sosialis/komunis telah gagal, maka Islam harus menjadi pengatur tatanan global dunia.

2. Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri, Imron Cotan: ”Indonesia sudah saatnya mencalonkan menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Sebab, Indonesia penduduknya mayoritas Muslim yang moderat. Inggris dan Australia mendukung”. (Media Indonesia, 6 April 2008).

Komentar:
Waspada karena: (1) PBB merupakan alat penjajahan AS. Persetujuan Inggris menunjukkan adanya persaingan di PBB. (2) Islam moderat dijadikan alasan hanyalah menunjukkan pro dengan Islam yang didefinisikan oleh Barat. (3) Negeri Muslim terbesar lebih layak menjadi pusat kekhilafahan.

3. Jurubicara Departemen Luar Negeri, Kristiarto Legowo: “Semakin cepat Palestina mendirikan negara yang merdeka dan berdaulat dengan batas-batas yang ditetapkan resolusi PBB, saya kira akan lebih baik” (Republika, 5 April 2008).

Komentar:
Palestina dijajah Israel. Jadi seluruh tanah Palestina yang dirampas Israel harus dikembalikan kepada Palestina. Kemerdekaan hanya sebatas hasil resolusi PBB berarti menzhalimi Palestina dan membiarkan penjajahan Israel.

4. Soros: “Krisis keuangan saat ini adalah yang terburuk sejak depresi besar tahun 1929. Ekonomi menuju titik nadir.” (Kompas, 4 April 2008).

Komentar:
Sudah jelas, doktrin kapitalisme liberal bahwa “pasar akan mengoreksi sendiri kesalahannya” hanyalah ilusi. Saatnya ekonomi Islam memimpin dunia bersama Daulah Khilafah.

5. Menteri Keuangan Sri Mulyani: “Perekonomian Indonesia secara umum masih sehat. Pemerintah juga melihat tidak ada isu fundamental yang cukup untuk membuat gerakan negatif di pasar saham maupun obligasi.” (Republika, 4 April 2008).

Komentar:
Inilah bahayanya konsep ekonomi kapitalis, sehatnya ekonomi diukur di bursa saham. Padahal semestinya yang dilihat adalah sektor riil di masyarakat. Kini banyak orang kelaparan, putus sekolah, menganggur dsb. Jadi ekonomi sedang sakit, atau bahkan sekarat.