Jendral Papan Atas Mesir Memiliki Hubungan dengan Amerika
Setelah guncangan politik terhadap Presiden Morsi, Militer Mesir dipimpin oleh perwira militer yang akrab dengan Washington, pengunduran diri jenderal sebelumnya dipandang sebagai tindakan taktis
Perwira militer papan atas Mesir yang baru adalah merupakan suatu komoditas yang dikenal di Washington karena memiliki hubungan yang lama dengan AS, kata para pejabat pemerintahan Obama hari Senin, dengan mengecilkan dampak gonjang-ganjing kekuasaan pada hari-hari sebelumnya yang mengguncang Mesir.
Kontak militer AS dengan Jenderal Abdel Fattah-el-Sissi, yang diangkat sebagai menteri pertahanan pada hari Minggu, diawali ketika dia mengambil kursus pelatihan infanteri AS dasar 30 tahun lalu di Fort Benning, Georgia pada tahun 1981, kata para pejabat. Para pejabat AS mengungkapkan keyakinan bahwa Jenderal Sissi akan mempertahankan hubungan dekat dengan AS, yang menyediakan Mesir dengan bantuan senilai $ 1,3 miliar per tahun dalam bentuk bantuan militer, dengan syarat tetap menjaga perjanjian damai Mesir dengan Israel.
Dua bulan lalu, militer Mesir yang kuat bertindak sebagai wasit utama atas kemajuan di Mesir yang menyulitkan menuju demokrasi dan memangkas kekuasaan presiden baru dari kelompok Islam sebelum dia menjabat. Matt Bradley memiliki rincian tentang berita itu.
Sementara itu, para analis di Mesir menyatakan keraguan bahwa kekuasaan Presiden Mohammed Morsi yang mengejutkan akan berarti menipisnya kekuatan militer Mesir, yang telah mendominasi politik di negara itu selama beberapa generasi. Jenderal Sissi diangkat setelah Presiden Morsi memberhentikan Kepala Staf AD Marsekal Hussein Tantawi dan membatalkan deklarasi konstitusi yang menopang kekuatan ekspansif politik militer di tengah pemecatan terhadap Presiden Hosni Mubarak pada tahun lalu. Morsi menghadapi tantangan besar jika dia berharap untuk benar-benar melepas militer dari negara Mesir, sebuah proses yang menurut para analis dan pengamat bisa memakan waktu selama beberapa generasi. Militer menikmati loyalitas masyarakat yang mendalam, suatu kerajaan komersial luas dan dukungan sistem peradilan yang telah berulang kali memenangkannya.
“Akankah militer meninggalkan kekuasaan sepenuhnya …? Saya kira tidak,” kata Mona Makram-Ebeid, seorang anggota dewan penasehat sipil yang telah berkonsultasi dengan militer sejak akhir tahun 2011. “Mereka memiliki kekuatan ekonomi, mereka memiliki kekuatan militer, rasa cinta dan hormat dari mayoritas rakyat.
Dengan membatalkan deklarasi konstitusi militer dan menyatakan perluasan kekuasaan dirinya sendiri, Morsi menghadapi tantangan langsung dari Mahkamah Agung Konstitusi Mesir. Mahmakah menyetujui suatu deklarasi bulan lalu dengan alasan bahwa situasi politik negara yang ” revolusioner ” memberikan militer wewenang untuk membuat perubahan sepihak terhadap konstitusi.
Tapi dengan beberapa aturan yang menuntun sistem politik Mesir yang baru lahir, setiap pertarungan antara peradilan dan presiden tidak mungkin dihalangi.
Keputusan Morsi menyimpang dari norma-norma hukum, kata Tareq al Bishri, seorang hakim dengan dukungan dari kelompok Islam. Zakariya Abdel Aziz, seorang reformis peradilan, membantah bahwa perubahan konstitusi di akhir bulan Juni itu adalah tidak sah dan bahwa Morsi, sebagai seorang ekskutif Mesir, sekarang dapat membatalkan perubahan yang dibuat oleh militer ketika mereka memegang fungsi eksekutif.
Para pejabat Ikhwanul Muslimin membatasi pernyataan-pernyataan mereka untuk memuji keputusan “revolusioner” Morsi itu. Para Jenderal senior Mesir tidak memberikan komentar publik dan tidak membuat tindakan balasan yang jelas, dimana sebagian pengamat menganggapnya sebagai konsesi diam-diam.
Sementara pemerintahan Obama tidak terkejut dengan pilihan terhadap Jendral Sissi, namun hanya terkejut dengan waktu dilakukannya, kata para pejabat. Para pejabat AS mengatakan bahwa sebagai mantan kepala intelijen militer Mesir, Jenderal Sissi memiliki hubungan dekat dengan militer AS dan badan-badan intelijen. Penasehat kontraterorisme Obama, John Brennan, pernah melakukan jamuan makan dengan Jenderal Sissi selama kunjungan ke Kairo pada bulan Oktober, yang merupakan tanda atas para tamu orang Amerika itu bahwa Jenderal Tantawi ingin menempatkan Jenderal Sissi maju sebagai pemimpin masa depan. Jenderal Sissi juga memiliki kontak yang luas dengan Duta Besar AS untuk Mesir, Anne Patterson.
“Terus terang, yang saya pikirkan adalah adalah bahwa Morsi sedang melakukan regenerasi kepemimpinan militer.”
Penunjukan Sissi juga dapat mewakili kompromi yang ideal antara pihak militer lama yang berpikiran sekuler dan kelompok Ikhwan Muslimin, partai asal Morsi. Orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang militer Mesir mengatakan bahwa Jenderal Sissi memiliki reputasi yang luas di kalangan militer sebagai simpatisan Ikhwanul Muslimin, suatu sifat yang langka dalam budaya militer yang biasanya menentang Islamisme.
“Sissi dikenal di dalam militer sebagai seorang pendukung tersembunyi Ikhwanul Muslimin,” kata Zeinab Abul Magd, seorang profesor di Universitas Amerika di Kairo dan ahli militer Mesir.
Dalam sebuah pernyataan kepada media pemerintah, militer Mesir membantah bahwa setiap pejabat memiliki afiliasi partisan. Para pejabat AS mengatakan “rumor” semacam itu sering dibuat tentang penunjukkan Morsi itu.
Penunjukan Jenderal Sissi mencerminkan daya tahan orde lama militer Mubarak, kata analis dan orang-orang dekat dengan militer. Makram-Ebeid mengatakan bahwa konsesi yang jelas dari militer pada hari Senin menandai sedikit atas akhir tak terelakkan dari apa yang disebutnya sebagai “Presiden Mesir berkepala dua”- pembagian kekuasaan yang tidak dapat dipertahankan yang sering menempatkan Morsi dan Kepala Staf AD Tantawi dalam posisi bertentangan.
Panglima AD itu memimpin para jendral terjun ke dalam kancah bencana politik dalam negeri setelah mereka meraih kekuasaan dari Mubarak pada bulan Februari 2011, yang mengancam prestise publik para jenderal angkatan bersenjata yang tidak tergoyahkan.
Dengan menarik diri dari kehidupan politik dalam negeri dan mengorbankan beberapa pejabat, dua lapisan perwira junior lebih mungkin untuk merebut kesempatan untuk melestarikan hak-hak dan harga diri mereka yang telah mereka nikmati sebelum revolusi Mesir tahun lalu, kata Obeid dan para analis politik lainnya.
“Hal ini tampaknya menjadi langkah untuk melestarikan hak-hak istimewa militer yang telah lama dinikmati sebagai lawan dari langkah mendukung misi pertahanan nasional yang murni militer,” kata Hisyam Sallam, seorang analis dan editor di blog politik Timur Tengah, Jadalliya.(rz/ www.online.WSJ.com/Rabu, 22 Agustus, 2012 )