Mengemis Utang ke IMF 4,8 Miliar Dolar, Penguasa Baru Mesir Tempatkan Nasib Negara di Antara Gigi Taring Lembaga Imperialisme Barat

Para pejabat mengatakan pada hari Rabu (22/8) bahwa Mesir telah meminta pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) senilai 4,8 miliar dolar, dan berharap kesepakatan selesai pada akhir tahun. Hal itu terungkap selama kunjungan ke Kairo yang dilakukan oleh Christine Lagarde, direktur IMF untuk membahas dukungan terhadap perekonomian Mesir yang tengah sakit. Yasser Ali juru bicara kepresidenan menyampaikan kepada Reuters bahwa selama pembicaraan antara Lagarde dan Mursi “Kami secara resmi meminta pinjaman 4,8 miliar dolar dari Dana Moneter Internasional.” Dan pejabat dari IMF juga membenarkan hal itu.

Perdana Menteri Mesir Hisyam Qandil mengatakan bahwa pemerintah sedang bernegosiasi untuk pinjaman lima tahun dengan masa tenggang 39 bulan, dan tingkat bunga 1,1 persen, namun ia mengatakan bahwa rinciannya masih dalam pembahasan. Ia menambahkan: “Kami sepakat pada peta dengan IMF yang akan berakhir pada bulan November atau awal Desember di mana penandatanganan pinjaman semuanya selesai.” Di antara reformasi ini adalah untuk mengurangi subsidi energi, yaitu sekitar 22 persen dari total pengeluaran pemerintah pada tahun fiskal yang berakhir bulan Juni. Dan diharapkan pemerintah juga akan memberlakukan pajak atas nilai tambah dalam beberapa bulan ke depan.

Mesir terkenal dengan sumber dayanya yang besar, seperti sumber daya minyak, terutama gas, pertanian, pendapatan dari Terusan Suez, industri, tambang emas, dan pertambangan lainnya, serta para tenaga kerja di luar negeri dan sumber daya manusia di dalam negeri. Semua itu jauh lebih besar daripada harus mengemis pinjaman berbasis riba dari lembaga yang dikenal dengan program-program dan kebijakannya yang keji, yang memiskinkan negara, sebab solusi yang diberikan justru melestarikan ketergantungan dan penjajahan oleh Barat.

IMF dan Bank Dunia, di mana sejarah telah menjadi saksi atas pekerjaan keduanya sejak dua tahun, yaitu 1944 dan 1945 berturut-turut. Bahwa, keduanya tidak masuk ke dalam negeri manapun yang diinginkan oleh Barat untuk tetap tergantung dan tunduk pada Barat, lalu keduanya berkontribusi dalam pemulihan ekonomi atau memperbaiki situasi ekonomi, justru sebaliknya, lihatlah negara-negara Amerika Latin dan dunia Islam, seperti Yaman, Bangladesh, Pakistan, Tunisia, Maroko dan Palestina, semuanya menjadi saksi atas kebusukan Bank Dunia dalam menciptakan kemiskinan, ketergantungan dan ketundukan pada kekuatan negara-negara imperialis besar, serta dalam upaya pemiskinan rakyat dan melemahkannya.

Apakah benar bahwa sumber daya Mesir tidak mencukupi untuk kebutuhan rakyatnya, dan seakan-akan negeri-negeri kaum Muslim itu miskin, bukan karena ulah para penguasa antek seperti Mubarak, Qadafi, Ben Ali, Saleh dan Assad?!

Bukankah Mesir mampu memperoleh lebih besar dari nilai pinjaman dengan menaikkan biaya tol masuk Terusan Suez bagi kaum kafir, mengingat Terusan Suez merupakan tempat penyeberangan vital dan aktif di dunia, atau melalui penjualan gas di pasar dengan harga dunia daripada memberikannya kepada Yahudi dengan harga kurang dari biaya! Bagaimana dengan kekayaan dari hasil pertanian dan pertambangan emas yang masuk ke kantong para penguasa dan orang-orang dekatnya?!

Dengan semua ini, apakah para penguasa Mesir sadar dengan langkah cerdas pengelolaan likuiditas—jika itu harus—seperti bantuan dari negeri-negeri Islam dan para pemilik sumur minyak, daripada memperlihatkan secara telanjang permusuhan terhadap Allah dengan meminta pinjaman berbasis riba, yang terikat dengan berbagai dikte dan persyaratan destruktif imperialisme yang disebut dengan rencana reformasi, di mana isi klausul pertamanya saja dimulai dengan keharusan mengurangi subsidi pemerintah untuk bahan-bahan pokok!!.

Astaghfirullah, apa harga politik yang akan dibayar oleh Mesir sebagai kompensasi untuk pinjaman yang berdosa ini?! Dan di mana slogan-slogan pembebasan dan kemerdekaan dari harga ini, wahai para penguasa baru Mesir?!

Sumber: pal-tahrir.info, 23/08/2012.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*