Warga Amerika hampir terbagi rata dalam memandang kaum Muslim di negaranya, menurut sebuah survei yang dirilis hari Kamis (Agustus 23) oleh Institut Arab-Amerika di Washington.
Namun survei online, yang juga mengukur pandangan mereka tentang pemeluk Mormon, Yahudi, Katolik, Evangelis, Budha dan Hindu juga menemukan kesenjangan generasi yang mencolok dan perbedaan yang signifikan antara kelompok-kelompok politik.
“Amerika Terpecah: Bagaimana Kita Memandang Orang Arab Dan Muslim,” menemukan bahwa 41 persen orang Amerika memiliki pandangan yang tidak menguntungkan terhadap umat Islam, dibandingkan dengan 40 persen yang berpandangan menguntungkan.
Hal ini merupakan peningkatan dari tahun 2010, ketika survei lain yang dilakukan oleh Amerika Arab Institute menemukan bahwa 55 persen orang Amerika memandang negatif kaum Muslim, dibandingkan dengan 35 persen yang memandang positif. Jajak pendapat terbaru ini mensurvei 1.052 orang Amerika antara Agustus 15-16, 2012.
Profesor Jack Levin, Wakil Direktur Pusat Kekerasan dan Konflik di Northeastern University, mengutarakan bahwa penyebab lonjakan sentimen anti-Muslim pada tahun 2010 adalah karena protes terhadap rencana dibangunnya pusat kegiatan Islam dekat Ground Zero. “Efek itu telah telah memudar dengan berlalunya waktu,” kata Levin.
Pada tahun 2003, 47 persen orang Amerika memandang Muslim lebih menguntungkan dibandingkan dengan 32 persen yang tidak.
Lebih dari 50 % dari Partai Republik memandang Muslim dan Arab pada umumnya kurang menguntungkan dalam jajak pendapat terbaru, meskipun pendapat mereka membaik ketika ditanya tentang Muslim Amerika dan Arab Amerika pada khususnya.
Di antara pendukung Demokrat, 29 persen memiliki pandangan yang menguntungkan terhadap umat Islam dan Arab, 37 persen memiliki pandangan yang menguntungkan terhadap Mormon, dan 22 persen memiliki pandangan yang menguntungkan terhadap Kristen Evangelis.
Sementara Muslim umumnya dipandang tidak lebih baik dibandingkan dengan pemeluk agama-agama lain, namun lebih baik daripada beberapa kelompok demografis dari kalangan muda. Sebagai contoh, 34 persen dari kalangan berusia 18-29-tahun memandang Muslim tidak baik, 37 persen memandang Mormon tidak baik, dan 35 persen memandang Evangelis tidak baik.
Para pemuda Amerika pada pada umumnya memberi rating persetujuan sekitar 20 persen terhadap kelompok-kelompok Kristen lebih rendah daripada penduduk yang berusia 65 tahun ke atas.
“Orang-orang muda secara tradisional lebih berpandangan liberal dalam pemikiran mengenai agama dan politik,” kata Levin.
Hampir seperempat orang Amerika memiliki pandangan yang tidak menguntungkan mengenai Sikh, dibandingkan dengan 35 persen dari Partai Republik.
Laporan itu, yang memiliki margin kesalahan 3,1 persen, juga menemukan bahwa 42 persen orang Amerika berpendapat bahwa umat Islam bisa melakukan pekerjaan dengan baik di pemerintahan, sementara 32 persen mengatakan mereka tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik karena kesetiaan mereka dicurigai.
Hampir enam orang dari 10 orang Amerika mengatakan mereka tidak mengenal seorang Muslim dibandingkan tiga orang dari 10 yang mengatakan mereka mengenal, sedangkan sisanya merasa tidak yakin. Orang-orang yang mengenal kaum Muslim cenderung memiliki pandangan yang lebih menguntungkan terhadap mereka.
Jajak pendapat ini dilakukan oleh JZ Analytics, sebuah perusahaan yang dimiliki oleh John Zogby, yang merupakan saudara Jim Zogby, Presiden Institut Arab Amerika.
(rz/ www.washingtonpost.com ; Sabtu, 25 Agustus, 2012 )