Oposisi Suriah mengklaim sejumlah mayat yang ditemukan di sebuah kota dekat ibukota Damaskus sebagai korban ”pembantaian”.
Aktivis mengatakan banyak dari korban di Kota Darraya tersebut ”dieksekusi” pasukan pemerintah.
Menurut sejumlah laporan, 200 mayat ditemukan di dalam rumah-rumah dan ruang bawah tanah tempat penampungan.
Tanpa menanggapi klaim aktivis, TV negara Suriah melaporkan bahwa Darayya tengah ”dibersihkan dari teroris yang tersisa”.
Razia dari rumah ke rumah dilakukan pasukan Presiden Bashar al-Assad Sabtu (25/08) kemarin, setelah beberapa hari diserang bom.
Wartawan BBC di Beirut melaporkan serangan ini merupakan bagian dari kampanye lebih besar untuk menguasai kembali kawasan selatan Damaskus, tempat dimana pemberontak kembali berkumpul sejak dipukul mundur sebulan lalu.
Aktivis di lapangan kemudian mengunggah sebuah tayangan video di internet, yang menunjukkan deretan jenazah di mesjid Abu Auleiman al-Darani.
Aktivis mengatakan banyak korban yang mengalami luka tembak di kepala dan dada dan dibunuh saat razia rumah ke rumah oleh pasukan pemerintah.
“Militer Assad melakukan pembantaian di Darayya,” kata seorang anggota oposisi kepada Reuters.
Aktivis menambahkan bahwa kebanyakan korban ditembak dari jarak dekat, dan yang lainnya menjadi sasaran penembak jitu.
Pengawas HAM Suriah, sebuah kelompok aktivis oposisi di Inggris mengatakan ada 183 korban tewas sepanjang Sabtu kemarin.
Klaim dari aktivis ini tidak dapat diverifikasi secara independen karena pembatasan media asing di Suriah.
Gencatan senjata gagal
Aktivis lokal mengatakan pembunuhan massal di Darayya, dengan lusinan korban ditemukan menyusul razia pemerintah, semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Kelompok HAM HRW mengatakan ini bukanlah pola yang baru, tetapi semakin sering terjadi di banyak kawasan dan dengan jumlah korban yang semakin banyak.
Sebuah laporan pendahuluan dari pemantau PBB menyebutkan bahwa kedua belah pihak yang bertikai melakukan pembantaian, tetapi militer Suriah bertanggung jawab atas jumlah korban yang lebih banyak.
Dalam sebuah perkembangan terpisah, kepala misi PBB untuk Suriah telah meninggalkan negara itu setelah misi berakhir.
Letjen Babacar Gaye dilaporkan telah bergabung dengan konvoi PBB ke Libanon, Sabtu kemarin.
Pekan lalu, PBB memutuskan untuk menolak perpanjangan misi, yang awalnya sebagai bagian dari enam poin rencana damai Suriah.
Bagaimanapun, gencatan senjata yang dimandatkan oleh rencana damai tersebut tidak pernah berhasil dan kekerasan justru semakin meningkat sejak Juni silam. (bbc, 26/8/2012)