Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai, aksi penembakan terhadap polisi di Solo bukan serangan yang dilakukan oleh teroris, seperti yang selama ini disebut polisi. Menurutnya, ada hal yang sangat signifikan untuk diragukan, yaitu pelaku menembak polisi dari jarak dekat dan menggunakan senjata FN, seperti dikatakan pihak kepolisian.
“Fakta yang ada selama ini adalah, para teroris selalu menyerang targetnya dari jarak jauh memakai remote control maupun menggunakan handphone. Kalaupun ada serangan jarak dekat, hanya aksi bom bunuh diri,” kata Neta, Selasa (4/9/2012).
Ia menjelaskan, yang berani menembak polisi dari jarak dekat hanyalah orang-orang profesional dan di lingkungan aparat keamanan.
“Siapa yang berani menembak polisi dari jarak dekat? Tak lain adalah orang-orang terlatih dan orang-orang yang sudah terbiasa berada di lingkungan aparat keamanan. Sebab itu, IPW menilai, antara penembakan polisi di Solo dan penyergapan polisi di Solo adalah dua hal yang berbeda,” paparnya.
Terkait teror di Solo ini, menurutnya, ada dua hal yang mendasari sehingga polisi dijadikan target penyerangan. Pertama, akumulasi kekesalan terhadap sikap, perilaku, dan kinerja polisi. Kedua, memperburuk citra Polri agar terjadi krisis kepercayaan pada institusi tersebut. Yang dimaksud adalah, terbangunnya opini bahwa Polri tak mampu melindungi anggotanya sendiri.
Ia juga mengimbau agar Polri lebih jernih mencermati pola penyerangan yang dilakukan oleh pihak tertentu. Hal ini dinilai penting agar para anggota Polri di lapisan bawah tidak terus-menerus menjadi korban sia-sia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Detasemen Antiteror pada Jumat (31/8/2012) malam lalu menyergap tiga orang yang diduga menembak Ajun Inspektur Dua (Anumerta) Dwi Data Subekti hingga tewas. Dua dari tiga terduga pelaku itu, yakni Farhan Mujahidin (19) dan Mukhsin Sanny Permadi (20), tewas dalam baku tembak di Jalan Veteran, Kelurahan Tipes, Solo. Satu lainnya, Bayu Setiono, warga Tipes, ditangkap di kediaman mertuanya di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah. (kompas.com, 4/9/2012)