HTI Press, Semarang. Pada pagi hingga siang di musim kemarau di Semarang yang panas, sekitar 600-an ulama se Semarang raya berkumpul, bergabung dalam acara Silaturahim Akbar Keluarga Besar Hizbut Tahrir Indonesia yang diselenggarakan di lapangan SD Hidayatullah Yayasan Abul Yatama, Banyumanik, Semarang (9/9). Dalam acara yang ditayangkan live streaming di hizbut-tahrir.or.id ini, para ulama berkumpul dan bergabung dengan kesadaran yang penuh dan atas motifasi akidah Islam, untuk berdiri di garda terdepan, memikul tanggung jawab nan mulia. Yakni berjuang bersama untuk menegakkan Syariah dan Khilafah.
Sebelum acara dimulai peserta disuguhi dengan tampilan audio visual berupa Makanah Hizbut Tahrir Indonesia. Sajian ini dikemas dalam display layar di depan dan empat tv plasma di jajaran peserta serta dengan audio 15000 watt yang mantap membuat suasana acara menjadi membahana walaupun diselenggarakan di lapangan. Kemudian acara dibuka oleh MC yang cakap membangun suasana penuh khas ulama yaitu Ust Habib Rasyid.
Tilawah AlQuran dengan tartil oleh Wasroi dan lantunan syair Qashidah Burdah oleh Mustaghfirin membuka acara silaturahim akbar ini. Kemudian dibacakan Kalimatut Taqdim oleh KH M. Ainul Yaqin dari LKU HTI Jateng. Ainul Yaqin menjelaskan secara tegas perihal marhalah dakwah Hizbut Tahrir, yang sekarang berada di penghujung tafa’ul ma’al ummah. Hizbut Tahrir memiliki kegiatan dan rencana yang serius dan menegakkan dalam menegaakkan syariah dan khilafah melalui dukungan umat. Ainul Yaqin jug mengajak para ulama untuk terlibat secara langsung mapuun tidak langsung dalam perjuangan penegakan khilafah dan penerapan syariah ini.
Setelah penayangan video profile HTI, KH dr Muhammad Usman perwakilan dari DPP HTI menyampaikan kalimatul hikmah. Dalam uraiannya, Usman menjelaskan tentang pentingnya peran ulama. Selain itu Usman juga mengingatkan mengenai tugas ulama yang begitu mulia di Indonesia yaitu menyuburkan Indonesia agar tumbuh benih syariah dan khilafah, serta membuka pintu berkah dengan mengembalikan dunia ini dalam pangkuan khilafah. Sudah saatnya kontribusi ulama harus lebih ditingkatkan dalam dakwah yang mulia ini.
Tiga ulama berikutnya adalah Habib ja’far Musawa, KH Bahruddin dan KH Nashrudin menyampaikan hal senada. Terakhir Nashrudin menyampaikan tentang pentingnya institusi khilafah ini. Tanpa khilafah konsep hudud, jinayat yang dipelajari di pesantren pesantren tidak dapat dijalankan. Untuk itulah para pembicara menyampaikan dukungannya untuk terlebat dan penuh semangat dalam perjuangan penegakan syariah dan khilafah ini.
Pada akhir acara dibacakan seruan Hizbut Tahrir oleh Ust Choirul Anam kepada para ulama. Anam menyampaikan tentang kedudukan ulama yang mulia di mata umat. Maka para ulama wajib menggunakan kedudukann tersebut untuk emuliaan Islam dan umatnya dengan menyeru kepada umat tentang penting dan mendesaknya penegakan khilafah ini. [brojo/I’lamy Semarang]