Center for Information and Development Studies (CIDES) memastikan bahwa perekonomian Indonesia tidak kebal terhadap ketidakpastian ekonomi global. Bahkan, secara tak disadari, dampak gonjang-ganjing krisis ekonomi dunia sudah mulai terasa ke Tanah Air.
Dewan Penasihat CIDES, Ricky Rachmadi, mengungkapkan, tanda-tanda terpaparnya perekonomian Indonesia akibat krisis terlihat dari gejolak aliran modal portofolio dan pasar saham. Indikator lain adalah penurunan kinerja ekspor produk andalan seperti, karet, batu bara, dan kelapa sawit.
“Sebenarnya dampak krisis global terhadap Indonesia nyaris nyata, meskipun sejumlah kalangan masih menganggap sektor pertanian masih kuat,” kata Ricky di Jakarta, Selasa 11 September 2012.
Data yang dihimpun CIDES menunjukkan, kinerja ekspor karet, batu bara, dan kelapa sawit turun signifikan sejak tiga bulan terakhir. Sayangnya, Komite Ekonomi Nasional (KEN) masih meyakini bahwa sektor pertanian dalam negeri tetap mampu mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.
Saat ini, harga sejumlah komoditas ekspor utama Indonesia tercatat turun hampir 20 persen, seperti batu bara, karet, minyak sawit, dan tembaga. Akibat dari penurunan harga tersebut, dia melanjutkan, pertumbuhan ekspor pun ikut melemah. “Namun, pertumbuhan impor barang tetap menguat,” imbuhnya.
Terkait kondisi perekonomian nasional saat ini, Indonesia diperkirakan masih berkutat pada masalah defisit transaksi berjalan sebesar 3,1 persen dari produk domestik bruto (PDB). Namun, CIDES cukup optimistis, defisit tersebut akan segera berkurang menjelang kuartal ketiga 2012. Penyebabnya adalah investasi modal asing (PMA) dan investasi portofolio asing akan kembali masuk ke dalam negeri.(vivanews.com, 11/9/2012)