Washington Berencana Mengirim Pasukan Marinir ke Libya

Pada hari Rabu (12/9), seorang pejabat di Departemen Pertahanan AS mengungkapkan bahwa AS akan mengirimkan Korps Marinir ke Libya, setelah pembunuhan duta besar AS di Benghazi.

Pejabat AS tersebut menjelaskan bahwa pasukan yang akan dikirim terdiri dari pasukan kontra-terorisme dari Korps Marinir. Mereka mengemban misi untuk memperkuat perlindungan terhadap kedutaan besar AS di Libya, setelah serangan berdarah yang menewaskan duta besar AS, dan tiga orang lainnya dalam serangan terhadap konsulat AS di Benghazi , menurut laporan AFP.

Para pengunjuk rasa telah menyerbu kantor konsulat AS di Benghazi bersamaan dengan penarikan pasukan keamanan Libya, setelah bentrokan sengit yang menggunakan senjata otomatis dan roket. Mereka menggunakan roket jenis “RBG”. Sehingga inilah yang menyebabkan pembunuhan duta besar AS, dan tiga rekannya.

Presiden AS, Barack Obama mengutuk serangan itu, dan menyebutnya sebagai “kebiadaban”. Sebaliknya ia memuji duta besar AS, Stevens dan rekan-rekannya yang turut tewas. Sementara itu, sumber-sumber AS mengatakan bahwa mayat keempat orang Amerika tersebut akan dibawa hari ini ke Tripoli dan kemudian ke Jerman.

Dalam menanggapi serangan itu, Clinton mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Sebagian mencari pembenaran atas tindakan berdosa ini bahwa ini merupakan respon terhadap materi pembakar sentimen yang sebar melalui internet. Ingat, bahwa AS mengutuk setiap upaya sengaja untuk menghina keyakinan agama orang lain. Akan tetapi, saya katakan dengan jelas bahwa secara mutlak tidak ada pembenaran apapun untuk tindakan kekerasan semacam ini.”

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland mengkonfirmasikan bahwa “perwakilan negaranya telah menghadapi serangan dari sekelompok pengunjuk rasa”, dan mengutuknya dengan “perkataan paling keras atas aksi serangan ini”.

Sementara, Wakil Menteri Dalam Negeri Libya, Anis Syarif, pendukung presiden Libya yang digulingkan Muammar Gaddafi dituduh sebagai pembunuh duta besar AS. Dikatakan bahwa ada kemungkinan serangan tersebut sebagai reaksi pembalasan terkait ngekstradisi mantan kepala intelijen, Abdullah Sanusi dari Mauritania bulan ini.

Syarif mengatakan: “Kami telah menarik pasukan keamanan setelah kepergian kru konsulat. Sebab, kami tidak ingin bentrokan berdarah dengan pengunjuk rasa terkait film yang melecehkan Nabi Muhammad Saw. Dimana hal itu seperti yang terjadi pada masa rezim sebelumnya, tahun 2006, di depan konsulat Italia di Benghazi.”

Eskalasi ketegangan ini terjadi menyusul penyerbuan oleh ribuan orang Mesir terhadap pagar luar Kedutaan Besar AS di Kairo, sebagai protes terhadap film yang sama, yang diproduksi oleh kaum imigran Koptik Mesir di AS (islammemo.cc, 12/9/2012).

One comment

  1. Semoga setiap kejadian menjadi hikmah bagi umat Islam unruk selalu merapatkan barisan para pejuang Islam untuk saling bahu-membahu demi tegaknya Syariah Islam. Janganlah saling tuduh-menuduh diantara Muslim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*