Pembiaran adanya aliran sesat Tajul Muluk hingga menimbulkan bentrok dengan warga pada Desember 2011 dan Agustus 2012 lalu di Sampang merupakan bukti terbaru bahwa negara ini gagal dalam melindungi akidah umat. “Mereka gagal melindungi akidah umat!” vonis Ketua Lajnah Fa’aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Rahmat Kurnia, Ahad (16/9) di Wisma Antara, Jakarta.
Dalam talkshow Halqah Islam dan Peradaban (HIP) Edisi 41 tersebut, Rahmat menyatakan bahwa gagalnya pemerintah melindungi akidah umat lantaran memang pemerintah negara sekuler ini tidak berminat melindungi akidah umat. “Karena mereka memang tidak berminat sedikit pun untuk melindungi akidah umat ini,” tegasnya.
Akibatnya menjamurlah berbagai macam aliran sesat termasuk Tajul Muluk, Ahmadiyah dan lainnya sembari menyinggung film terbaru besutan Hanung Bramantyo yang menceritakan dua santri laki-laki yang saling jatuh cinta, Cinta Terlarang Batman dan Robin.
“Kita sekarang tahu ada film baru besutan Hanung Bramantyo yang mengisahkan kehidupan homoseks di pesantren. Ini kan ajaran sesat yang bertentangan dengan Islam!” tegasnya.
Semua kesesatan, dari orang-orang yang mengaku beragama Islam namun mengajarkan keyakinan dan pemahaman yang bertentangan dengan Alquran, hadits, ijma shahabat dan qiyas syar’i dibiarkan meraja lela, menurut Rahmat, memang sengaja dilakukan oleh pemerintah.
“Akibatnya apa? Umat itu disibukan, bukannya untuk berfikir ke depan, bagaimana dia membangun peradaban Islam, bagaimana dia menyatukan seluruh umat di dunia ini, bagaimana dia ingin menjadi rahmatan lil alamin dengan sebenar-benarnya tetapi ribut melulu satu sama lain,” prediksinya.
Dalam diskusi publik yang bertema Ada Apa di Balik Bentrok Sampang? tersebut Rahmat menyatakan setidaknya ada dua fihak yang memengaruhi pemerintah sehingga melakukan hal-hal yang merusak akidah umat maupun stigma negatif terhadap Islam.
Pertama, kalangan liberal. “Cobalah bapak-ibu sekalian menjadi pengamat twitter kalangan orang liberal. Setiap twit yang didiskusikan dalam twitter mereka mesti menjadi sebuah kebijakan,” ujarnya kepada sekitar 300 peserta yang hadir.
Ia pun mencontohkan wacana sertifikasi ulama yang dilontarkan Badan Nasional Penanggulangan Teroris baru-baru ini. Sertifikasi ulama, terang Rahmat, sudah mulai dibicarakan satu tahun yang lalu di twitter kalangan liberal bahwa ulama itu harus dibedakan, dijadikan layaknya seperti artis, bintang iklan, dsb. sehingga pembahasan mereka mengerucut bahwa ulama harus disertifikasi.
Sedangkan pada Mei lalu, twitter kalangan liberal pun membahas bahwa rekrutmen teroris dilakukan di SMP, SMA dan perguruan tinggi. Makanya sekarang sedang dibidik tuh rohis-rohis SMP, SMA dan perguruan tinggi. “Ini asalnya di twitter mereka Pak!” ujarnya.
Kedua, negara besar. Mereka itu akan menguasai secara politik, ekonomi, dan budaya. Kalau itu tidak bisa maka ajaran sesat yang akan disampaikan. Silakan baca rekomendasi Richard Nixon. Jadi ajaran sesat itu akan dibiarkan. Karena kelak, ajaran sesat ini akan bisa dijadikan sebagai alat politik Amerika.
Contoh di Irak. Isu Syiah dijadikan alat politik Amerika serikat demi kepentingan mereka menguasai Irak. Di sana kan kaum Muslimin diadu domba dengan istilah Sunni dan istilah Syiah. Padahal yang bermain kan Amerika. “Sebelum Amerika bercokol di Irak, tidak pernah terjadi konflik-konflik kayak gini, masjid Sunni diledakkan begitu juga sebaliknya,” ujarnya.
Isu Syiah juga digunakan Amerika untuk menekan Arab Saudi. Di Saudi bagian utara itu banyak warga Syiah. Kalau ada demonstrasi-demonstrasi di sana itu kebanyakan dari kalangan Syiah.
“Amerika selalu mengatakan kalau you tidak mengikuti ini, ini, ini maka akan terjadi pemberontakan dsb. akhirnya apa? Raja Arab Saudi semakin jonggkok semakin nyembah kepada Amerika,” ungkapnya.
Baru-baru ini di Suriah. Diktator Bashar Assad seorang Syiah-Musyairiah Alawiyah dan juga anak buahnya Amerika. Sehingga sampai sekarang terus dibela oleh Amerika. Iran pun membela Assad.
Di dalam konteks ini kalau dikatakan Iran membela ke-Syiah-an Assad nampaknya tidak relevan. Mengapa karena berbeda sekte. Iran kan Syiah-Isna Al Asyariah Imamiyah. “Satu-satunya titik temu adalah sama-sama untuk kepentingan Amerika karena sekalipun Iran, dulu zaman Khomaeni mengatakan bahwa Amerika adalah setan besar. Tetapi prilaku Iran tidak menunjukkan itu, termasuk kepemimpinan Ahmadinejad sekarang,” ujarnya.
Saat ini isu aliran sesat Tajul Muluk yang mengarah ke Syiah ini dibiarkan. “Saya kuatir ini adalah akan menjadi sebuah pintu tambahan bagi cengkraman politik Amerika dengan menggunakan isu ini,” ujarnya.
Kekuatiran Rahmat memang beralasan, karena tidak lama setelah kasus Sampang terjadi, kelompok-kelompok liberal langsung menuduh terjadi pelanggaran HAM terhadap para pengikut Tajul Muluk dan akan memperkarakan masalah ini ke Dewan HAM PBB.
Dalam diskusi publik Halqah Islam dan Peradaban (HIP) Edisi 41 tersebut nampak hadir pula sebagai pembicara Ketua MUI Sampang KH Buchori Ma’sum dan Komisioner Komnas HAM Saharuddin Daming. (mediaumat.com, 16/9/2012)
َفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
Berarti harus secepatnya ada khilafah yg bisa melindungi aqidah kita,,,,