Umat Islam wajib menerapkan kekhilafahan. Selama ini umat Islam sudah banyak sengsara karena dijajah oleh pemikiran-pemikiran pragmatis yang tidak sesuai syariah. Intisari dakwah itu disampaikan KH. Hafizd Abdurrahman MA, Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada Silaturahmi Akbar Keluarga Besar HTI di Pondok Pesantren Sabiilul Huda asuhan KH. Abdul Hamid, Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Minggu lalu (16/9).
Kepada ribuan peserta yang hadir, KH Hafizd menegaskan, kondisi umat Islam sekarang ini terpuruk akibat tidak adanya penerapan syariah yang benar sesuai konsep khilafah. “Umat Islam wajib memiliki pemimpin tunggal, yakni khalifah yang akan menerapkan syariah, sekaligus membela kehormatan kaum muslimin,” ungkap Hafizd di hadapan sekitar 2000-an peserta.
Ia juga menambahkan, kasus pelecehan Nabi Muhammad SAW yang terjadi baru-baru ini melalui film Innocence of Muslims di Amerika Serikat tidak akan terjadi apabila umat Islam memiliki kekuatan kepemimpinan politik berupa khilafah.
Acara silaturahmi tersebut digelar di 43 kota di seluruh Indonesia. Khusus wilayah Jawa Timur, ada 11 kota yang mendapat kehormatan menggelar even besar tersebut. Dan, Malang adalah salah satu kota yang disinggahi. Para peserta yang hadir terdiri atas ulama, kyai, habaib dan para santri se-Malang Raya yang siap berjuang menegakkan syariah dan khilafah.
Sengaja agenda tersebut digelar saat ini, karena HTI menyadari, bulan Syawal merupakan bulan untuk peningkatan ketaatan kepada Allah SWT. Atas pemahaman tersebut maka diwujudkan melalui acara silaturrahim akbar kali ini. Mengambil tema Peran Ulama dalam Menegakkan Khilafah Negara Ideal yang Menyejahterakan itu pun mampu mendatangkan banyak ulama yang menyemangati umat untuk berjuang menegakkan khilafah.
Di antara ulama yang hadir itu, Dr Nasrul Ilminafik MT, Ustadz H. Lukmanul Hakim (alumni Ponpes Nasrudin Dampit), KH. Abah Qayyum (alumni Ponpes As Sanamiyah RU 2 Ganjaran Gondanglegi), serta KH. Mahmudi Syukri al-Maliki (alumni Ribath Tarim Yaman).
Masing-masing ulama memberikan ceramah yang intinya menyerukan kepada umat Islam untuk bersatu, sehingga umat Islam dapat bangkit dari keterpurukan. KH Abah Qayyum misalnya, ia mengajak para ulama menempatkan diri di garda terdepan agar berjuang menegakkan khilafah bersama Hizbut Tahrir (HT), karena khilafahan tidak terbatas pada tujuan perbaikan umat Islam saja.
“Penerapan syariah dalam naungan khilafah yang diperjuangkan HT mampu membawa rahmat. Bukan hanya umat Islam tapi juga seluruh umat manusia,” katanya KH. Abah Qayyum.
Sementara itu, KH. Mahmudi Syukri menggaris bawahi bahwa sebagai ulama seharusnya wajib memberikan edukasi yang benar kepada masyarakat tentang kewajiban mengangkat satu orang pemimpin dalam tubuh umat Islam. Yakni, khalifah atau imamah.
“Menegakkan khilafah merupakan kewajiban seluruh ulama, sekaligus janji dari Allah SWT. Tanpa kekuatan dan kepemimpinan mustahil umat Islam akan meraih predikat sebagai khoiru ummah,” serunya.
Di akhir acara, dilakukan pembacaan seruan HTI pasca Ramadan 1433 H oleh Ketua DPD II HTI Malang Ustadz. Abdul Malik MT. Dalam seruan tersebut, HTI menyebutkan bahwa para ulama, kyai, habaib dan tokoh Islam tidak boleh berdiam diri melihat kenyataan nasib umat Islam yang terpuruk.
“Kesengsaraan ini akibat umat yang hidup tanpa diterapkannya syariah dan khilafah. Keberadaan khilafah adalah mahkota kewajiban. Untuk itu, mari kita bahu-membahu menegakkan kembali syariah Islam yang kini mulai pudar,” tegasnya. (Radar Malang, 18/9/2012)