Ini adalah momentum dari BNPT menjauhkan para remaja dari pembinaan Rohis di sekolah.
Tayangan MetroTV yang menyebutkan bahwa salah satu dari lima pola rekrutmen teroris melalui ekstrakulikuler di masjid sekolah (Rohani Islam/Rohis) dianggap oleh petinggi Hizbut Tahrir Indonesia sebagai salah satu upaya untuk menjauhkan remaja dari mendalami Islam di sekolah.
“Saya khawatir itu ada pihak-pihak tertentu yang menjadikan MetroTV sebagai corong islmophobia untuk membuat takut orang tua dan guru sehingga melarang anak atau siswanya mengadakan kegiatan keislaman di sekolah,” ujar Ketua Lajnah Dakwah Sekolah DPP Hizbut Tahrir Indonesia Dede Tisna, Senin (17/9) di Jakarta.
Menurutnya justru dengan keaktifan remaja di Rohis, menumbuhkan kedewasaan dan menjadikannya sebagai pribadi teladan bagi teman-temannya. “Karena pemaham Islam yang mereka dapatkan dikajian Rohis menjadi benteng dalam menentukan perilakunya,” ungkap Aktivis Rohis SMA di Bogor angkatan 1991-1994 tersebut.
Menurut Dede, gencarnya Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) dan media sekuler mengopinikan isu terorisme diopinikan dijadikan momentum untuk menjauhkan remaja dari pembinaan Rohis di sekolah. Padahal pembinaan Rohis di sekolah sangat membantu sekolah dan keluarga untuk membuat si anak menjadi shalih dan baik jauh dari potret remaja sekarang yang gemar nyontek, bolos, dan tawuran.
Kemungkinan teroris membidik Rohis di sekolah pun ditampiknya. “Tidak berdasar dan tidak pernah ada faktanya kalau pun nanti diadakan itu pasti hasil rekayasa pihak yang selama ini begitu gencar memunculkan isu teroris,” sanggah Dede.
Pada tayangan tanggal 5 September 2012, Metro TV mengadakan dialog di program Metro Hari Ini bersama narasumber Guru Besar Universitas Islam Negeri Jakarta Bambang Pranowo; mantan Kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono dan pengamat terorisme Taufik Andri.
Dalam dialog tersebut Bambang Pranowo menyampaikan hasil ‘penelitiannya’ bahwa ada lima pola rekrutmen teroris muda. Salah satunya melalui ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah. Saat dialog berlangsung, ditayangkan info grafik berisi poin-poin lima pola rekrutmen versi Bambang Pranowo.
Celakanya, pada tampilan grafik tersebut MetroTV membubuhkan judul yang sangat provokatif, yaitu Awas, Generasi Baru Teroris. Terang saja membuat berbagai pihak berang terutama pihak-pihak yang mengetahui betul dunia Rohis sekolah.
Menariknya, di tengah berprosesnya layangan surat keberatan kepada KPI dan dewan pers terkait siaran dari televisi yang bernaung di Media Group tersebut, salah satu mantan wartawan koran yang juga bernaung di group yang sama Media Indonesia berkicau di twitter terkait dapur Media Group.
“sdh untuk kesekian kali @Metro_TV n Media Indonesia menyudutkan Islam. Sdh berkali2 juga disomasi n diprotes tp tak kapok.” ungkap mantan penulis editorial Media Indonesia tersebut di https://twitter.com/eae18.
Mantan wartawan ini, menyebutkan empat nama yang berperan dalam soal isu agama dan semuanya non Muslim. Mereka lah yang mempunyai peran penting dalam mengakses berita dan merekrut reporter sehingga beritanya sering disomasi dan reporter yang direkrut pun mayoritas non Muslim.
Namun, lanjutnya, Surya Paloh (bos Media Group) tidak mengetahuinya. Makanya ia mengaku memprotesnya. Namun, protes atas kebijakan yang tidak bijak itu pun tidak digubris, sehingga dia pun mengundurkan diri.
“jadi JANGAN HARAP ada berita yg FAIR dr METRO TV jk bicara soal ISLAM. Sy tak benci Kristen tp benci konspirasi.” simpulnya karena menengarai adanya konspirasi menyudutkan Islam di media tersebut. (mediaumat.com, 25/9/2012)
mereka antek-antek kafir terus-menerus memfitnah dakwah Islam,namun faktanya Allah SWT membuka kebobrokan mereka sesungguhnya yakni,hasil dari sistim mereka dalam mendidik anak-anak pelajar/mahasiswa bangsa indonesia yang gemar tawuran dengan sistim liberal,kapitalis, sekuler yang memproduk manusia setengah hewan dengan mudahnya merencanakan pembunuhan sesamanya tanpa merasa ada dosa