HTI Press. Palembang. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumatera Selatan sukses menyelenggarakan kegiatan Liqa Syawal 1433 H, Ahad (16/9) di Masjid Raya Taqwa, Palembang. Sekitar 500 peserta menghadiri acara Silaturahim Akbar Hizbut Tahrir Indonesia bersama Umat tersebut dengan tema “Bersama Umat Berjuang Menegakkan Khilafah, Negara Ideal yang Menyejahterakan”.
Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI Yahya Abdurrahman mengingatkan kepada umat khususnya kepada para ulama dan tokoh Umat di Sumatera Selatan akan kewajiban menegakkan khilafah, negara menerapkan seluruh hukum Islam secara kaffah.
Ia juga menyampaikan bahwa Palembang merupakan bagian dari sejarah penerapan Islam dan telah menjadi bagian dari kekhilafahan sejak abad ke-7 yang tercatat dalam sejarah dengan adanya kerajaan Sriwijaya Islam. Ulama-ulama juga banyak lahir dari Palembang di zaman kekhilafahan.
Yahya juga menyampaikan, bahwa hanya dengan khilafah, kesejahteraan akan terwujud. Dengan sistem ekonominya, diantaranya mata uang yang berbasis pada emas dan perak (dinar dan dirham), akan membuat kondisi ekonomi stabil, tidak seperti sistem mata uang kertas saat ini.
Karena itu, ia mengajak seluruh peserta, khususnya para ulama dan tokoh umat, untuk berjuang bersama menegakkan khilafah, bukan malah menghalangi, bila tidak ingin menaggung dosa seluruh umat karena sikapnya.
Dengan dalil-dalil yang terperinci akan kewajiban menegakkan khilafah serta fakta-fakta terpuruknya umat Islam tanpa khilafah, ia berhasil menberikan pencerahan kepada peserta.
“Saya sangat tersentuh dan terbuka hati saya dengan apa yang telah disampaikan oleh Ustadz Yahya Abdurrahman,” ungkap Ustadz Ayik Farid, pengurus MUI Sumsel.
Sedangkan salah seorang tokoh masyarakat Palembang, Asmadi menyatakan bahwa orang-orang yang tidak setuju dengan syariah dan khilafah yang merupakan sistem dari Sang Khalik, sebagai orang-orang yang sakit mata dan sakit hatinya , atau seperti orang-orang yang belekan. “Mereka menyalahkan matahari ketika kesilauan di pagi hari, padahal matanya yang sakit,” tegasnya.
Sebelum ditutup dengan do’a, acara ditandai dengan penandatangan penolakan dan pengutukan pembuatan dan penyebarluasan film yang menghina Nabi Muhammad SAW. secara simbolis diwakili oleh para tokoh umat.
Setelah acara selesai seluruh peserta melakukan penandatangan pada kain putih yang telah disediakan yang menyatakan bahwa Umat Islam Sumatera Selatan mengutuk dan menolak pembuatan dan penyebarluasan film yang menghina nabi Muhammad SAW.[]Syaiful Islam