Muslim Rohingya kembali menjadi sasaran kedzoliman rezim Budha Myanmar. Menurut Kaladan Press Network dalam kerusuhan terakhir (21/10) antara Rohingya dan Rakhine di Arakan State lebih dari 360 muslim rohingya dibunuh dan 3500 rumah hancur. Lebih dari 20 ribu orang menyelamatkan diri keluar dari Myanmar. Sementara pemerintah Birma berusaha memperkecil jumlah korban tewas hanya 56 orang.
Foto satelit yang dirilis Human Right Watch (HRW) menjunjukkan parahnya kondisi perkampungan muslim di Arakan. HRW mengatakan lebih dari 800 bangunan dan rumah perahu terbakar.Gambar satelit juga menunjukkan sekitar 14 hektar kawasan terbakar di Kyaukpyu, kota pantai di Rakhine. Pegiat HAM menyatakan kebanyakan warga di kawasan tersebut adalah Muslim Rohingya, yang menjadi target serangan non-Muslim yang menyebut mereka tidak termasuk dalam Burma. Banyak warga Rohingya yang diyakini kabur dengan menggunakan kapal ke laut.
Pembantaian ini bukanlah yang pertama kali. Pada kerusuhan Juni yang lalu puluhan ribu kaum Muslimin terpaksa keluar mengungsi dari rumah mereka. Tidak ada angka yang pasti jumlah korban Muslim, namun diduga ribuan Muslim terbunuh pasca pecahnya kembali konflik pada awal Juni 2012.
Arakan, wilayah di mana mayoritas Muslim Rohingya tinggal, sudah ada bahkan sebelum Negara Burma lahir setelah diberi kemerdekaan oleh Inggris pada tahun 1948. Kaum Muslimin di sana telah berabad-abad tinggal sebagai kesultanan Islam yang merdeka. Justru yang terjadi adalah penjajahan oleh kerajaan Budha dan Kolonial Inggris di negara itu.
Para sejarawan menyebutkan bahwa Islam masuk ke negeri itu tahun 877 M pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid. Saat itu Daulah al-Khilafah menjadi negara terbesar di dunia selama beberapa abad. Islam mulai menyebar di seluruh Birma ketika mereka melihat kebesaran, kebenaran, dan keadilannya.
Kaum Muslimin memerintah propinsi Arakan lebih dari tiga setengah abad antara tahun 1430 hingga tahun 1784 M. Penderitaan Muslim di sana mulai terjadi saat penjajah kerajaan Budha maupun kolonialis Inggris menjajah negeri itu. Berikut tahun-tahun penting penderitaan Muslim Rohingya.
Pembantaian yang berulang yang terjadi di Arakan menunjukkan betapa butuhnya kita akan sistem Khilafah yang akan melindungi kaum muslimin. Menyatukan 1,5 milyar muslim di seluruh dunia dan menggerakan puluhan juta tentara muslim negara Khilafah untuk membebaskan negeri-negeri Islam yang tertindas.
Tragedi ini juga menujukkan , penguasa negeri-negeri Islam, termasuk presiden SBY tidak sungguh-sungguh peduli terhadap nasib umat Islam. Padahal SBY adalah presiden negeri muslim terbesar di Asia Tenggara yang seharusnya menggunakan powernya untuk menghentikan kebiadaban ini. Penguasa muslim lain seperti Malaysia,Brunai di Asia Tenggara dan kawasan dunia lainnya juga tidak melakukan aksi kongkrit. Sementera Bangladesh malah menolak untuk membantu kaum Muslim yang tiba di negara itu. Negara ini bahkan mengembalikan dan menutup perbatasan untuk saudara Muslimnya.
Padahal Myanmar merupakan negeri miskin yang lemah. Tentara dan persenjataannya pasti kalah hebat dengan Indonesia, apalagi gabungan negeri-negeri Islam. Alih-alih mengirimkan tentaranya, memberikan peringatan keras atau memutuskan hubungan diplomatikpun tidak dilakukan oleh SBY dan pemimpin muslim Asia Tenggara lainnya.
Negara-negara OKI juga tidak berkutik. Pemimpin Birma dengan gagah berani dengan dukungan pendeta Budha, justru dengan arogan menolak pembukaan kantor OKI di Myanmar.
Padahal bukankah umat Islam merupakan umat yang satu yang dipersaudarakan oleh aqidah Islam ? Bukankah Rosulullah SAW mengingatkan kita seharusnya kita seperti satu tubuh, kalau satu bagian yang sakit, maka bagian yang lain juga seharusnya merasa sakit dan kemudian saling tolong menolong ? Bukankah Rosulullah SAW mengatakan kita harus seperti satu bangunan yang saling memperkuat ?
Bukankah Allah SWT memerintahkan tentara-tentara muslim dan umat Islam berperang membela saudaranya yang tertindas ? Diam terhadap penindasan berarti menjadi bagian dari penindasan itu. Bukankah ulama mengatakan diam dari kebenaran seperti syaitan bisu (syaitan akhras).
Mengapa kita hanya diam ? Padahal Allah SWT berfirman : “Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah SWT dan (membela) orang-orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak yang berdoa, “Ya Rabb kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu” (Qs An Nisa’ : 75).
Kalau dalam ibadah haji umat Islam bisa bersatu di seluruh dunia , tanpa disekat-sekat ikatan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jabatan ataupun kekayaan. Tapi kenapa di luar ibadah haji umat Islam rela dibelengu oleh ikatan nasionalisme? Ikatan jahiliyah yang membuat umat Islam tidak saling peduli dan akhirnya lemah dengan alasan bukan kepentingan bangsa kami!.
Sesungguhnya kita telah memiliki semuanya , kita sama-sama beriman kepada Allah SWT, kita memiliki Nabi yang sama, Al Qur’an yang sama, kiblat yang sama, aturan syariah Islam yang sama. Kita juga memiliki potensi jutaan tentara yang kuat, persenjataan yang cukup ditambah kekayaan alam yang melimpah. Tinggal satu yang tidak kita miliki,yang membuat kita lemah, membuat tentara-tentara muslim tidak bergerak dari barak-baraknya. Kita belum memiliki negara yang satu, yakni negara Khilafah ! (Farid Wadjdi)