Pemerintah Inggris mencabut kewarganegaraan Mahdi Hashi seorang muslim karena menolak menjadi mata-mata negara imperialis itu. Hingga saat ini keluarga Mahdi tidak mengetahui pasti dimana keberadaannya,namun diduga Mahdi di penjara di Afrika Timur. Negara-negara Barat memang kerap kali mengirim orang-orang yang tidak disukai oleh mereka ke penjara-penjara negara-negara lain yang penguasanya dikenal korup dan represif untuk disiksa.
Sementara itu, Kementrian Dalam Negeri yang mencabut kewarganegaraannya di musim panas, mengatakan bahwa dia dianggap sebagai ancaman bagi keamanan nasional Inggris karena aktivitas “ekstremis” -nya. Tidak ada penjelasan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan ancaman ‘ekstrimis’ itu. Namun tuduh ekstrimis atau teroris kerap kali digunakan oleh Barat untuk orang-orang yang tidak sejalan dengan kepentingan Barat.
Hashi lahir di Somalia dan pindah ke London beserta keluarganya pada usia lima tahun. Pada tahun 2009, Hashi mengatakan bahwa dia dan teman-temannya yang semuanya berasal dari Somalia – didekati oleh agen MI5.
Salah satu dari temannya, Mohamed Nur, bercerita: “Suatu hari mereka (agen MI5) datang ke rumah saya dengan berpura-pura menjadi tukang pos. Ketika saya mempersilakan mereka masuk menuduh saya menjadi seorang ekstremis.
“Mereka mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk menghapus aib pada nama saya adalah dengan bekerja untuk mereka, jika tidak maka ke manapun Anda pergi, kami tidak bisa melindungi Anda… Kami menganggap hal ini sebagai pemerasan.”
Teman lainnya, Abshir Ahmed, mengatakan: “Saya merasa ditindas. Saya tidak ingin bekerja untuk MI5 jadi mereka harus meninggalkan saya.”
Mohamed Hashi mengatakan keluarganya khawatir atas keselamatan dan keadaan anaknya.
Hashi dan keluarganya telah mendapat dukungan dari kelompok HAM Cageprisoners. Seorang juru bicara organisasi itu mengatakan “pelecehan telah membuat kehidupan Mahdi merana “. Ia menambahkan: “Dia merasa tidak memiliki pilihan selain harus meninggalkan Inggris dan pindah ke Somalia.”
Keluarga Hashi mengatakan dia menikah disana namun awal musim panas ini keluarga menerima surat dari Kementrian Dalam Negeri yang mengatakan kepada mereka bahwa kewarganegaraan anaknya dicabut karena dia dianggap sebagai “ancaman bagi keamanan nasional Inggris” karena aktivitas “ekstremis”nya.
Surat itu menyatakan bahwa keputusan itu dibuat sebagian dikarenakan adanya bukti rahasia yang “tidak boleh dipublikasikan kepada umum demi kepentingan keamanan nasional”.
Keluarga berkata Hashi kemudian menghilang dan berikutnya yang mereka dengar tentang dia adalah berita tentang seorang pria yang telah dibebaskan dari penjara di Djibouti, Afrika Timur.
Dia mengatakan kepada mereka bahwa Hashi ditahan bersamanya sebelum dibawa oleh pasukan Amerika. Amerika menjalankan pangkalan anti teroris yang besar di Camp Lemmonier, di Djibouti dan keluarganya percaya dia ada di sana.
Ibunya Kaltum mengatakan: “Saya bahkan tidak tahu jika anakku hidup atau mati, saya hanya ingin pemerintah untuk menolongnya.”
Ayahnya, Mohamed, mengatakan: “Kami sangat mengkhawatirkan akan keberadaan, kesehatan dan keamanannya… Saya ingin dia agar dihukum di pengadilan sebelum kewarganegaraan Inggrisnya dicabut.” (AF)
demokrasi omongkosong dengan HAM!!!!