PENGAMAT Hubungan Internasional, Farid Wadjdi, menilai terpilihnya Ahmad Muaz al Khotib sebagai presiden Koalisi Nasional Untuk Revolusi Suriah dan Kekuatan Oposisi Suriah adalah upaya Barat untuk mengaborsi perjuangan Umat Islam di Suriah.
“Sosok al Khotib yang moderat dan pluralis merupakan upaya Barat untuk mengaborsi perjuangan umat Islam Suriah yang bukan sekedar menumbangkan Assad tapi bertekad untuk membangun pemerintahan Islam. Sesuatu yang sangat ditakuti Barat,” tegasnya kepada Islampos.com, Rabu (14/11/2012).
Sebelumya, menlu AS menyatakan kekhawatirannya dengan menguatnya kelompok yang dia tuding sebagai ekstrimis. Sebutan yang diarahkan kepada para mujahidin di Suriah yang berjuang karena Islam dan untuk menegakkan Islam. Hillary juga meminta agar oposisi bersatu memerangi para mujahidin yang dituduh pembajak.
“Padahal seluruh dunia tahu termasuk rakyat Suriah, AS lah sebagai pembajak perjuangan dan bersikap hipokrit. AS lah selama ini yang mendukung rezim bengis Bashar Assad dan bapaknya Hafez Assad, AS baru berubah arah setelah rezim Assad menjelang ajal,” tegasnya.
Farid juga mempertanyakan sampai sejauh mana front baru oposisi ini mampu menyatukan dan mewakili perjuangan rakyat Suriah. Mengingat front ini sejak awal sudah diragukan independensinya akibat campur tangan Barat dalam pembentukannya.
“Rakyat Suriah juga tahu para mujahidinlah yang berada di front terdepan melawan rezim ini. Darah mujahidin telah membanjiri bumi Syam yang diberkahi Allah SWT,” tandasnya
Sebelumnya Ahmad Muaz al-Khatib ditunjuk sebagai presiden dari Koalisi Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi, aliansi baru yang dibentuk pada pertemuan di Qatar pada 11 November 2012 lalu.
Terpilihnya al Khotib dengan latar belakang Ikhwanul Muslimin inipun disambut gembira oleh Barat dan pemimpin negara Teluk. Sambutan hangat juga datang dari Turki. Khotib tidak berafiliasi dengan partai politik tertentu dan dikenal sebagai seorang tokoh moderat yang telah menyerukan pluralisme politik dan sangat menentang perpecahan sektarian di antara warga Suriah. (Pz/Islampos/14/11)