HTI Press. Garut Selatan, Awan hitam yang masih bergelayut di langit Garut Selatan, tidak menyurutkan sekitar seribu warga yang berduyun-duyun mendatangi Lapangan Alun-Alun Kecamatan Cikajang untuk mengikuti Tabligh Akbar menyambut Tahun Baru Hijriyah 1434, Sabtu (17/11) pagi.
Meski suhu pagi itu dingin lantaran malamnya sudah diguyur hujan deras, namun acara yang bertema Hijrah dari Kapitalisme Sekular menuju Syariah dan Khilafah mendapat sambutan hangat dari para hadirin yang berasal dari Kecamatan Cikajang, Cigedug, Cisurupan, Banjarwangi, Singajaya, Cisompet, Pakenjeng bahkan Bungbulang dan Pameungpeuk.
“Ahlan wa sahlan!” pekik Abdurrahman, MC, dengan penuh semangat mempersilakan para peserta duduk. Dengan tertib peserta duduk nyaman menempati kursi dan tenda yang telah disiapkan panitia.
Usai pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an yang dilantunkan Ijang Abdurrohman, acara dilanjutkan dengan pembacaan Sya’ir al-Jama’ah wal-Khilafah yang dipimpin oleh Tim Sya’ir HTI Garut Selatan. Peserta tabligh akbar pun serempak mengiringi dengan membacakan dua bait Qahidah Burdah sambil melambaikan ar-raya kecil yang dibagikan panitia.
Kemudian, Ketua DPC HTI Garut Selatan Dindin Sholahudin menyampaikan sambutan hangatnya. Tak lama berselang, sampailah pada acara inti yakni Taushiyah Muharam yang disampaikan oleh KH Yasin Muthahhar.
Pimpinan Ponpes Al Abqary, Serang, Banten, tersebut menjelaskan bagaimana sesungguhnya aktualisasi hijrah saat ini bagi kaum Muslimin. Menurutnya, hijrah tersebut tiada lain mengganti sistem kufur kapitalisme demokrasi yang tengah diterapkan saat ini dengan aturan Allah SWT.
Sehingga kaum Muslimin sudah tidak perlu lagi repot bagaimana membuat aturan yang baik, karena aturan yang baik itu sudah ada yaitu aturan yang berasal dari Allah SWT. “Manusia hanya diperintah untuk melaksanakan aturan yang sudah ada tersebut,” tegas salah satu ulama Hizbut Tahrir Indonesia tersebut.
Kemudian, peserta pun disuguhi aksi tearikal dari remaja dan pelajar HTI Garut Selatan yang menggambarkan perjalanan kehidupan kaum Muslimin dalam rentan waktu 13 abad. Di mulai dari Rasul hijrah dari Mekkah ke Madinah hingga keterpurukan kaum Muslim pasca runtuhnya khilafah pada 1924.
Kemudian di akhir teatrikal tersebut digambarkan munculnya kembali masa kebangkitan kaum Muslimin yang diperjuangkan oleh aktivis-aktivis yang shalih dan mukhlis dari berbagai lapisan umat dalam satu barisan rapih di bawah naungan al-Liwa dan ar-Raya. Hadirin pun dibuat terkesima dengan aksi tersebut bahkan tak sedikit yang meneteskan air mata karena terharu.
Acara dilanjutkan dengan Kalimah minal-‘Ulama yang disampaikan KH Syihabuddin, KH Ahmad Husen dan KA Ma’ad Asikin. Ketiganya adalah ulama yang selalu mendukung perjuangan Hizbut-Tahrir.
Lalu, Dendi Rahdiana naik ke panggung membacakan Seruan Muharram Hizbut-Tahrir Garut Selatan.
Acara ditutup dengan do’a oleh Kyai Mu’min Tasdiq. Di tengah-tengah pembacaan do’a hujan turun dengan lebat. Tapi hadirin tidak beranjak untuk terus mengamini do’a sampai tuntas. Setelah itu peserta membubarkan diri dengan tertib menuju Masjid Besar Cikajang untuk melaksanakan Shalat Zhuhur berjama’ah[] Abu Hifdzi/Joy