Jubir HTI: Seharusnya OPM Dianggap Teroris

 Penembakan yang terjadi di Markas Kepolisian Sektor Pirime, Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua, Selasa (27/11). Menurut Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) merupakan bukti ke sekian kalinya Organisasi Papua Merdeka (OPM) melakukan tindak kekerasan bersenjata dan pembunuhan terhadap Polisi.

Seharusnya, menurut Ismail, OPM harus dianggap ancaman serius karena telah melakukan gerakan separatis. “Bahaya OPM sangat jelas ingin memerdekakan Papua, maka karena itu seharusnya OPM ditanggapi dengan serius seperti seriusnya aparat menangani kasus terorisme,” ujarnya kepada mediaumat.com, Rabu (28/11).

Ia menerangkan, tindakan aparat terhadap gerakan separatis OPM sangat berbeda saat menangani kasus terorisme. Menurutnya, baru ‘terduga’ teroris saja sudah dilakukan penangkapan, ditembak hingga tewas. “Baru terduga teroris, surat penangkapannya pun tidak ada. faktanya salah tangkap dan dilepas,” imbuhnya.

Menurut Ismail, OPM bukan lagi terduga lagi bahkan sudah melakukan tindakan separatis. Mestinya, Densus 88 kekuatannya dikerahkan ke Papua. “Inilah Anehnya, seharusnya OPM-lah yang dianggap teroris, karena mereka melakukan tindak kekerasan dan pembunuhan,” tuturnya.

Otonomi khusus (Otsus) yang didapatkan Papua seharusnya telah mampu mensejahterakan wilayah tersebut. Apalagi anggaran APBD Papua sangat besar dari daerah lainnya di Indonesia. Namun, korupsi pejabat Papua menghambat kesejahteraan masyarakat bumi Cenderawasi.

Ismail menegaskan sekarang yang dilakukan bukan lagi pendekatan kesejahteraan. Tetapi, harus pendekatan militer.” Harus ditumpas habis,” ujarnya.

Dan akar masalahnya, menurut Ismail, karena keinginan sejumlah kelompok di Papua dan campur tangan asing, Amerika dan Australia. “Mereka maintenance agar Papua selalu bergejolak. Saat kepentingan mereka terancam, mereka menggunakan isu OPM sebagai alat untuk mengganggu,” ungkapnya.

Menurut Ismail keterlibatan asing di balik OPM itu jelas sekali. Tidak mungkin mereka leluasa bawa senjata dan memiliki ketahanan sekian lama kalau tidak ada kekuatan dari luar. “Itu juga yang membuat gerak polisi terkesan lambat, tidak mungkin mereka bergerak kalau tidak berdasarkan pesanan dan kepentingan yang lebih besar,” ungkapnya.

Seperti diberitakan, Selasa kemarin (27/11) Kembali Papua mencekam setelah Markas Kepolisian Sektor Pirime, Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua diserang oleh OPM. Penembakan tersebut menyebabkan Kapolsek Pirime Ipda Rolvi Takubesi beserta anggotanya  Briptu Daniel Makuker dan Briptu Jefri Rumkoremanggota tewas di tempat dan Markas Kepolisian Sektor Pirime dibakar oleh gerakan Separatis tersebut. (mediaumat.com, 28/11/2012)

2 comments

  1. POLRI ga akan kirim DENSUS88 kesana, karena target mereka kan ‘Islam Radikal’ sementara OPM kan ‘teman’ ….

  2. sepertinya pemerintah takut kepada amerika yang mendukung OPM…makanya tdk berani menyebut mereka teroris

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*