Di tengah kebuntuan terkait pengurangan utang yang berpotensi memangkas anggaran militer AS tahun depan, senat menyepakati anggaran pertahanan AS tahun 2013 sebesar 631 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 6.000 triliun.
Angka ini harus disesuaikan dengan anggaran yang sudah disepakati awal tahun ini di parlemen sebelum disampaikan kepada Presiden Barack Obama untuk disetujui, meski Gedung Putih mengancam akan melakukan veto.
Kedua versi anggaran pertahanan ini memiliki perbedaan. Namun, baik Ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat Carl Levin; maupun politisi Partai Republik, John McCain, optimistis kompromi bisa dicapai.
Pemerintahan Obama sangat keberatan dengan bagian yang melarang penggunaan anggaran untuk memindahkan tahanan di Pangkalan AL Teluk Guantanamo, Kuba, ke negara lain. Hal lain yang juga masih diperdebatkan adalah mengurangi jumlah pekerja sipil dan kontrak.
“Jika anggaran ini dikirimkan ke presiden untuk persetujuan tanpa perubahan apa pun, maka penasihat senior presiden akan merekomendasikan agar presiden memveto anggaran itu,” demikian disampaikan Departemen Manajemen dan Anggaran, pekan lalu.
Obama sebenarnya mengharapkan besaran anggaran militer hanya 614 miliar dollar AS, dengan 89 miliar dollar AS atau sekitar Rp 853 triliun di antaranya digunakan untuk membiayai perang di Afganistan. Namun, senat justru menambah pagu anggaran itu sebesar 17 miliar dollar AS.
Selain untuk membiayai militer AS yang bertugas di luar negeri, anggaran sebesar ini juga mencakup peningkatan gaji personel militer AS sebesar 1,7 persen, memperkuat program anti-pelecehan seksual Pentagon, dan meningkatkan pelayanan bagi prajurit yang terluka dalam tugas.
Anggaran ini juga digunakan untuk membiayai pengiriman tambahan pasukan AS untuk melindungi kedubes dan misi diplomatik negara itu di luar negeri. Ini adalah reaksi AS atas serangan ke Konsultan AS di Benghazi pada 11 September lalu. (republika.co.id, 5/12)