Doghmosh, 40 tahun, terluka ketika rumahnya di wilayah Sabra Kota Gaza dibom selama delapan hari oleh serangan Israel. Dengan fasilitas medis Gaza yang terbatas, pada awalnya dia dirawat di Mesir. Namun, dia kini berada di unit perawatan intensif di al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza.
Mohammad Khail, seorang perawat staf di rumah sakit, mengatakan bahwa ada pecahan peluru di seluruh tubuhnya, dimana salah satu bagian dari peluru itu memotong arteri di lehernya, hingga menyebabkan banyak pendarahan. Juga, bagian atas mata kirinya terluka yang menyebabkan matanya tertutup sepenuhnya. Dia juga terluka parah pada dada dan perutnya.
Pasien lainnya, Mohammad Abu Zour, 6 tahun, tergeletak di tempat tidur lain di unit perawatan intensif itu. Menurut staf medis, anak kecil itu mengalami retak tulang tengkorak. Rumah keluarganya di daerah al-Zaytoun dari Kota Gaza digempur Israel selama tiga hari sebelum diumumkan gencatan senjata.
Sementara itu, Khail menjelaskan bagaimana pasien lain, Nesma Qalaja, usia 5 tahun, menderita luka di jantungnya hingga darahnya tidak bisa mengalir normal. Dia dan Mohammad adalah diantara 450 anak yang terluka selama delapan hari serangan. Sementara lebih dari 30 anak-anak lain tewas.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, Serangan ofensif Operasi Pillar of Cloud – Israel telah menewaskan 183 orang. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan menyatakan dalam laporannya bahwa 103 warga sipil Palestina tewas, hampir 1.400 terluka, termasuk 155 orang tua dan 220 orang perempuan.
Gejala-gejala Abnormal
Nema al-Swairki dari al-Mughraqa, kota di pusat Jalur Gaza, adalah salah satu dari korban perempuan itu. Dia mengatakan sedang berada dekat dengan sumur, ketika pemboman terjadi. Dia kemudia bergegas untuk menyelamatkan putrinya, lalu dia pingsan. Ketika bangun, dia menemukan dirinya di rumah sakit. ”
Al-Swairki, 30 tahun, terkena serpiham bom di bagian belakangnya. Terdapat luka dalam dan besar di dekat ginjalnya.
Di antara mereka yang menerima perawatan di rumah sakit Nasser di Khan Younis adalah seorang laki-laki yang terkena serangan bom pesawat drone Israel yang menyerang sebuah peternakan milik keluarganya di selatan Gaza. Seorang temannya tewas dalam serangan itu. Dia mengatakan diserang pesawat itu langsung di perut dan kedua kakinya.
Baker al-Derdy, perawat kepala di RS Nasser, mengatakan bahwa ketika orang itu pertama kali mengaku diserang, ada “bau aneh, seperti bau bahan kimia” dari tubuhnya. Al-Derdy menunjuk indikasi lain bahwa Israel mungkin telah menggunakan senjata kimia dalam serangan tersebut.
Al-Derdy menambahkan bahwa ada beberapa gejala yang tidak normal. Jenis luka bakar di tubuhnya menunjukkan bahwa senjata yang digunakan bukan senjata konvensional. Luka bakarnya hingga ke dalam kulit yang merubah warna kulirnya menjadi biru, bahkan hingga membakar lapis ketiga kulitnya, kata Derdy.
Israel diketahui telah menggunakan senjata fosfor putih – zat yang sangat mudah terbakar – selama Operasi Cast Lead, selama tiga minggu serangan terhadap Gaza pada akhir 2008 dan awal 2009. Pada Januari 2009, para peneliti di Amnesty International melaporkan telah menemukan fosfor putih pada bangunan perumahan di Kota Gaza. Setelah terjadi kontak dengan kulit manusia, fosfor putih dapat membakar hingga ke dalam otot dan tulang.
Tubuh-tubuh yang Habis Terbakar
Ashraf al-Qedra, seorang juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, mengatakan bahwa tidak mungkin memastikan penggunaan senjata kimia oleh Israel bulan lalu. Namun, al-Qedra juga mengakui bahwa beberapa luka bakar yang terlihat itu lebih dalam daripada jika disebabkan oleh senjata konvensional.
“Kami di Gaza dan badan-badan kesehatan di Tepi Barat tidak memiliki laboratorium di mana kita bisa benar-benar memeriksa jenis senjata yang telah digunakan dalam serangan oleh Israel,” kata al-Qedra. “Tapi menurut apa yang telah kita saksikan sejauh ini, Israel menggunakan senjata peledak atau amunisi yang menyebabkan luka bakar dan dalam. Dalam kebanyakan kasus mereka yang tewas, terlihat bahwa mayat-mayat itu menjadi tercabik atau benar-benar hangus terbakar. Selain itu, banyak dari mereka yang terluka tungkai bawah atau atasnya harus diamputasi. “.
Sekitar 50 orang yang terluka dalam serangan terkahir Israel masih dalam kondisi kritis. Staf di al-Shifa mengatakan mereka tidak memiliki semua peralatan yang diperlukan untuk mengobati orang-orang yang terluka. Akibatnya, sebagian dari mereka telah dipindahkan ke rumah sakit-rumah sakit Mesir untuk mendapatkan tindak lanjut perawatan.
Baik kelompok HAM lokal maupun internasional terus mengumpulkan informasi tentang jenis orang-orang yang terluka. Samir Zaqout, kepala peneliti untuk Pusat HAM Gaza yang bertempat di Mezan, mengatakan: “Kita tidak bisa menyangkal atau mengkonfirmasi penggunaan senjata konvensional atau amunisi terlarang dalam melawan rakyat Gaza selama serangan Israel.
terlarang oleh Israel
“Namun, selama Operasi Cast Lead, para pakar internasional datang ke wilayah ini dan menyelidiki kasus ini. Menurut para ahli, sisa-sisa senjata Israel, seperti pecahan peluru tank, mengandung beberapa zat yang sangat berbahaya dan beracun. Mereka menyarankan untuk mengubur atau menyimpan sisa-sisa senjata tersebut jauh dari wilayah pemukiman. Zat ini menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah dalam jangka panjang. ”
Rami Almeghari adalah seorang jurnalis dan dosen universitas yang tinggal di Jalur Gaza
(rz : http://electronicintifada.net/content/did-israel-fire-chemical-weapons-gaza-last-month/)