Hizbut Tahrir Indonesia setidaknya mencatat sepuluh masalah yang terjadi selama 2012 akibat diterapkannya kapitalisme. Hal itu diungkap oleh Jubir dan para petinggi DPP HTI dalam acara Halqoh Islam dan Peradaban (HIP) edisi 44: Catatan Refleksi Akhir Tahun 2012; Kapitalisme Pangkal Bencana Khilafah Solusinya, Sabtu (15/12) di Wisma Antara, Jakarta.
Pertama, kekayaan alam Indonesia masih dijarah asing. Pada tahun 2012 ini setidaknya ada tiga kasus yang menjadi perhatian publik akibat kebijakan pemerintah yang pro asing tersebut, yakni: kasus Blok Siak di Riau yang akhirnya diminta dikelola oleh BUMD; kasus Blok Tangguh di Papua yang ditukar dengan “Gelar Ksatria Salib” dan yang paling heboh kasus Blok Mahakam yang sampai menimbulkan ancaman “disintegrasi” dari masyarakat Kalimantan Timur untuk memisahkan diri dari Indonesia jika Blok Mahakam tetap diberikan kepada Asing.
Kedua, korupsi belum berhenti malah semakin menjadi. “Korupsi di Indonesia sudah merasuk ke semua lembaga dan semua sektor dari daerah hingga pusat. Dan paling dahsyat, korupsi di Indonesia dilakukan oleh negara,”jelasnya.
Ismail pun mengutip Laporan Transparenscy Internasional yang menyebutkan Indonesia termasuk negara paling korup di dunia dengan indeks naik dari peringkat 100 menjadi 118. “‘Prestasi’ ini menjadikan Indonesia 2012 menempati ranking satu paling korup se-Asia Tenggara,” ungkapnya.
Ketiga, Kelamnya persoalan buruh. Keempat, potret buram penegakkan hukum. Meski reformasi telah berjalan lebih dari satu dasawarsa tidak memberikan perubahan berarti dalam penegakkan hukum. “Seperti masa-masa sebelumnya, hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas,” terangnya.
Sedangkan yang kelima, proses legislasi hanya merugikan rakyat. “Undang-undang semestinya dibuat melindungi kepentingan rakyat dan merealisasikan rasa keadilan, tapi kenyataannya undang-undang justru berpotensi mengancam hak rakyat,” urainya.
Keenam,konflik horizontal marak terjadi tahun 2012 ditinjau dari pelakunya dan terjadi hampir semua strata sosial dan pendidikan. “Maraknya konflik horizontal menujukkan gagalnya konsep Bhinneka Tunggal Ika dan kerusakan sistem sekuler yang terbukti tidak mampu membentuk kohesi sosial,” paparnya.
Yang tidak kalah memprihatinkan menurut Ismail, catatan ketujuh, remaja nakal dan kriminal. Kenakalan remaja sudah melampaui batas, menjurus ke arah kriminal, tawuran, pornografi, seks bebas, pelacuran, ditambah aborsi, narkoba serta geng motor.
“Remaja nakal dan kriminal buah dari sistem pendidikan sekuler, materialistik, dan abai terhadap pemebntukan kepribadian karakter,” ungkapnya.
Delapan, isu terorisme dan deradikalisasi melalu program war on terrorism yang digagas AS makin meredup dan kehilangan relevansinya. Tapi, di level nasional program war on terrorism masih berjalan dan digerakkan oleh Densus 88 dan BNPT. “Tindakan Densus 88 dan BNPT menimbulkan antipati karena dinilai melanggar HAM dan tindakan extra judicial killing,” ungkapnya.
Sembilan, penghinaan kepada Nabi terus terjadi. Film Innocence of Muslim menggambarkan Nabi tidak senonoh. “Sayangnya kepala negara negeri-negeri Muslim tidak berdaya. Dan jargon kebebasan berekspresi adalah ide absurd dan hipokrit,” terangnya.
Gejolak dunia Islam, menjadi catatan kesepuluh HTI. Arab Spring membawa gelombang perubahan. Dan perubahan ini mengkhawatirkan Amerika Serikat. Amerika berusaha agar kendali mereka atas wilayah timur tengah tidak lepas.
Barat tidak akan pernah membiarkan rakyat di negeri-negeri Muslim membawa negaranya ke arah Islam. Mereka akan selalu berusaha agar sistem yang diterapkan tetaplah sekuler. “Demokrasi hanya kedok, kenyataan ini seharusnya memberikan peringatan umat Islam dan penguasa negeri Muslim agar tidak terkoptasi oleh kepentingan negara penjajah,” pungkasnya. (mediaumat.com, 16/12)