HTI-Press. Kapitalisme dan krisis merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Demikian kalimat pembuka yang disampaikan oleh Drs. Revrison Baswir, MBA (Pakar Ekonomi UGM) dalam Sarasehan Tokoh yang diadakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia DPD I DIY pada Sabtu, 25 Oktober 2008 yang lalu di Balai Diklat Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Yogyakarta yang diketuai oleh Oni Noviandi (Lajnah Fa’aliyah DPD I DIY).
Lebih lanjut beliau mengatakan, “Pada dasarnya mereka para ekonom sudah mengerti hal itu. Tapi mereka tetap saja menerapkan sistem ekonomi kapitalis meski krisis seperti ini telah terjadi berulang-ulang. Mengapa? Karena bicara tentang kapitalis berarti bicara tentang keputusan politik. Oleh karenanya krisis ekonomi ini masih akan berlangsung panjang sekali karena terkait dengan keputusan-keputusan politik, bukan lagi sekedar masalah ekonomi. Yang penting bagi kita saat ini adalah menyadari dampak ‘cost of crisis’ dan antisipasi apa yang harus dilakukan”.
Forum sarasehan menjadi semakin hangat saat pembicara kedua yaitu Ir. Dwi Condro Triono, M.Ag (Kandidat Doktor Ekonomi Islam, mewakili HTI Jogja) memulai presentasinya dengan pertanyaan, “Krisis ekonomi yang terjadi saat ini, apakah karena sistemnya yang salah atau karena penyimpangan dari sistem ?”.
Dwi Condro kemudian memaparkan secara detail bagaimana krisis ekonomi saat ini bisa terjadi dengan flow chart yang ditampilkan melalui viewer hingga akhirnya ditutup dengan menjelaskan ekonomi Islam sebagai alternatif pengganti bagi sistem ekonomi kapitalis yang telah nyata kerusakan bagi kehidupan manusia.
Forum menjadi tambah hangat lagi saat kesempatan bertanya dan berkomentar yang diberikan oleh Bey Laspriana (Humas HTI DPD I DIY) selaku pemandu diskusi ‘diserbu’ oleh para tokoh yang hadir. Sayangnya waktu yang tersedia sangat terbatas. Maka Sarasehan Tokoh tersebut harus diakhiri dengan beberapa kesimpulan penting, yakni [1] Krisis ini akan masih panjang, oleh karenanya penting untuk memberi penyadaran tentang dampak ‘cost of crisis’ yang akan ditanggung oleh masyarakat. [2] Diperlukan perubahan sistem, termasuk sistem ekonominya dengan sistem Islam (syariat Islam) yang penerapannya hanya bisa jika ada negara yang merealisasikannya. [3] Harus dilakukan diskusi lanjutan terbatas untuk menggagas konsep ekonomi Islam sebagai alternatif hingga aplikasinya sehingga bisa memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. (Humas HTI DPD I DIY)
Galeri Foto:
Wahai kaum Muslim, Islam adalah satu-satunya sistem yang sahih yang diturunkan Allah SWT untuk manusia. Karena itu, marilah kita kembali bersama-sama menerapkannya di dalam seluruh aspek kehidupan kita. Sebaliknya, marilah kita bersama-sama mewaspadai sekaligus menyingkirkan semua sistem berbahaya dan bertentangan dengan sistem Islam, yakni sistem ekonomi kapitalisme-sekular. Marilah kita tolak keberadaan sistem ini di negeri ini dan di negeri Muslim mana pun di dunia ini. Ringkasnya, memilih sistem Islam adalah pilihan rasional, sebaliknya memilih sistem ekonomi kapitalisme-sekular adalah pilihan yang tidak rasional, menyengsarakan umat dan bisa mengeluarkan seorang Muslim dari Islam. Allah SWT berfirman:
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(QS al-Baqarah [2]: 217)
Allâhummahdinâ ash-sirâth al-mustaqîm. Amin.
Sistem Islam berdasarkan pada ekonomi riil, bukan ekonomi paralel (non riil)
Prinsip penanaman modal dalam Islam adalah pada komoditas dan jasa yang riil dan bukan karena nilai bisnisnya
Pembiayaan bisa dicari dari lembaga keuangan yang mengumpulkan deposit dari nasabah, menanamkan modal deposit tersebut, dan ikut menanggung kerugian dalam investasi yang mengundang resiko.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.