Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf (Guru Besar HTN Universitas Katholik Parahyangan): Tidak Ada Alasan Menolak Syari’ah!

HTI-Press. Mengambil momentum ‘sumpah pemuda’, pada hari Ahad (26/10) di Alifa Moslem’s Shopping Center, Hizbut Tahrir Indonesia Jabar menggelar Forum Kajian Strategis (FKS) yang ke-20 yang mengambil tema bahasan “Pemuda dan Masa Depan Perjuangan Syari’ah”. Hadir sebagai pembahas Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf, H. Adam Anhari dan Ust. Farid Wadjdi (DPP HTI).

Mengawali diskusi, Prof. Asep Warlan menggambarkan, bahwa tampilan gerakan pemuda saat ini cenderung pragmatis, terpecah, dan hanya sekedar kerumunan yang bergerak dan berteriak. Di samping itu, gerakan yang dibangun pun seringkali hanya respon terhadap ‘current issues’, parsial dan tidak memiliki isu utama.

Hal tersebut diaminkan oleh Ust. Farid Wadjdi, walaupun beliau mengakui bahwa pemuda memang ujung tombak perjuangan, akan tetapi gerakan pemuda misalnya seperti yang terjadi tahun 1998, hanya sekedar menawarkan perubahan, tidak siap dengan solusi.

Jadinya, ya seperti sekarang ini, yakni muncul kebijakan-kebijakan yang justru mengkhianati masyarakat, seperti UU MIGAS, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan, dan lain-lain, katanya.

Oleh karena itu, lebih lanjut Farid mengatakan, bahwa gerakan pemuda haruslah menawarkan konsep yang komprehensif atau ideologis. Menurutnya konsep tersebut haruslah berasal dari Islam, karena selain ideologi Islam keliru dan bathil, sudah tidak bisa diharapkan. Misalnya, Sosialisme yang sudah mengalami kehancuran, atau Kapitalisme yang juga sudah berada di jurang kehancuran.

Keharusan mengambil Islam sebagai solusi, dibenarkan oleh Prof. Asep Warlan, bahkan dengan tegas beliau mengatakan, “tidak ada alasan menolak syari’ah”. Hanya saja yang jadi masalah, menurut Guru Besar di Universitas Katholik Parahyangan tersebut, banyak intelektual muslim terutama di Perguruan Tinggi Islam yang belum siap dengan konsep Islam.

Di sisi lain, Parpol Islam—masih menurut beliau—juga belum banyak kontribusinya, bahkan cenderung cari aman. Beliau menyarankan, yang harus dilakukan saat ini adalah internalisasi pemahaman ummat terhadap Islam, kemudian partisipasi aktif elemen ummat, melakukan kontribusi riil dan yang tak boleh ditinggalkan adalah supervisi.

Semua narasumber sepakat, bahwa orang muda memang telah banyak ‘mengubah dunia’, akan tetapi yang tak kalah pentingnya adalah, tawaran konsep/solusi untuk yang shahih dan teruji, dan itu hanya ada dalam Islam. (Humas HTI Jabar)

5 comments

  1. den nangga al makassary

    Ayo pemuda Islamm…
    Ayo intelektual Islam…
    Ayo yang mengaku Partai Islam…

    Pahami amalkan dan dakwahkan Islam, Insya Allah perubahan ke Islam sudah di depan mata.

  2. Pemuda Islam seharusnya mencontoh nabi Ibrahim as. dalam mencari kebenaran, dalam konteks kekinian fakta kerusakan sistem kapitisme sungguh terang dan nyata sebagaimana terangnya cahaya bulan purnama dan terang nya sinar matahari di siang bolong..
    hanya orang-orang yang mencintai kekufuran dan kebatilan yang masih mempertahankan sistem kapitalisme,
    wahai pemuda Islam,mari kita rapatkan barisan,maju bersama menggulung kekufuran, mengangkat Panji-Panji Ar-Roya dan Al-Liwa, Perjuangkan Syariat Islam dan Khilafah
    Allahu Akbar 3x

  3. Mulyandi_Rasyidiq

    sekarang kita buat ikrar yuk:Kami pemuda dan pemudi Islam, siap membela dan memperjuangkan Islam. Bergaya hidup islami dan bertakwa kepada Allah. Berjanji akan mempertahankan ikatan akidah Islamiyah sebagai persatuan di antara kami. Islam adalah mabda (ideologi) kami. Semoga Allah meridhoi langkah perjuangan kami. Amin.

  4. fatchu_magety

    Selain prakmatis, gerakan pemuda sekarang adalah gerakan bayaran.

  5. psikopat tobat

    mudah mudahan aq masih hidup waktu khilafah tegak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*