Belum hilang dari ingatan publik dunia tentang kasus penembakan sejumlah anak tidak berdosa di sebuah sekolah dasar Amerika Serikat, baru-baru ini dikabarkan ratusan warga AS rela mengantri berjam-jam untuk masuk ke lokasi pameran senjata.
Surat kabar Inggris, The Sun seperti dikutip ISNA, Jumat (4/1) melaporkan, ratusan warga Amerika pro-senjata api menyerbu sebuah pameran senjata dan memborong senjata-senjata itu.
Sekalipun desakan untuk melarang penjualan senjata pembunuh di Amerika terus meluas, namun penjual senjata di pameran yang digelar di kota Chantilly, negara bagian Virginia mengaku kebanjiran pembeli dan mencetak rekor penjualan.
Seorang penjual senjata menjelaskan bagaimana perusahaannya dapat menjual 12 pucuk senjata model AR-15 dalam waktu satu jam. AR-15 adalah senjata yang digunakan pelaku penembakan anak-anak di Sandy Hook, dan penjual senjata itu mengaku tidak percaya dengan rekor penjualan yang dicapainya.
Di pameran senjata nasional yang digelar di pusat pameran Dallas, Virginia itu dijual juga perlengkapan militer, senjata-senjata semi otomatik dan senapan mesin.
Sejumlah penjual senjata di pameran ini mengaku, dalam waktu beberapa jam seluruh persediaan barang untuk akhir pekan ludes terjual, dan senjata-senjata semi otomatik serta magazine isi 30 peluru sangat diminati pembeli.
Salah seorang penjual mengatakan, “Hari Jumat adalah hari terpadat, dan kami bekerja selama lima jam di hari ini. Rata-rata penjualan kami 1,8 senjata per menitnya.”
Permintaan senjata yang melonjak ini diperkirakan karena kekhawatiran atas diterapkannya aturan baru pelarangan produksi senjata berat dan magazine-magazine bermuatan banyak.
Salah seorang pembeli senjata di pameran ini mengatakan, “Apa yang dilakukan masyarakat adalah membeli apa yang mereka dambakan sejak lama, karena mungkin saja kelak sulit untuk membelinya atau harganya akan semakin tinggi.”
Hal yang membuat kita lebih miris adalah pengakuan sebuah perusahaan pembuat perlengkapan militer Amerika, Brownells yang mengaku, volume penjualan magazine-magazine untuk senjata AR-15 buatannya dalam tiga hari sama dengan volume penjualan selama tiga tahun.
Harga-harga senjata yang dijual di pameran Virginia ini naik dua kali lipat, dan yang lebih memprihatinkan adalah diizinkannya anak-anak di bawah umur dan remaja untuk mengunjungi pameran ini. Sejumlah pengunjung pameran juga menandatangani spanduk bertema “Kami tidak ingin kontrol senjata lagi” dan “Persenjatai pegawai sekolah”. Pada saat yang sama sekelompok warga Amerika anti-senjata api menggelar aksi demonstrasi di depan lokasi digelarnya pameran. (republika.co.id, 5/1/2013)