Abdul Ilah Benkirane, Pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (yang diperhitungkan para Islamis), dan Perdana Menteri Maroko, pada hari Sabtu lalu dalam pertemuan dengan para anggota partainya mengakui bahwa: “Imâratul Mukminîn (kepemimpinan bagi kaum Mukimin) di Maroko sudah ada.” Sementara amirnya adalah raja itu sendiri.” Sehingga “tidak ada seorangpun yang bisa mengacaukan hubungan kami dengan raja.”
Pengakuan ini dibuat sebagai respon atas salah seorang politisi Maroko yang ingin mendirikan sebuah Imârah Islamiyah (kepemimpinan Islam), yang memiliki seorang amir, menguasai negeri, dan mengangkat dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Benkirane menekankan bahwa: “Hubungan baik kami dengan Raja sangat mendukung dan memperkuat semua pengalaman kami. Dan kami adalah pemerintahan pertama yang kami kendalikan. Bahkan kami telah membiasakan hubungan kami dengan yang mulia raja dan lembaga-lembaga lainnya.”
Pengakuan Benkirane atas Imâratul Mukminîn (kepemimpinan bagi kaum Mukimin) bagi Raja Muhammad VI, yang dikenal kesetiaannya kepada Barat, serta terkenal permusuhannya terhadap para pengemban dakwah di Maroko ini, adalah benar-benar bentuk kemunafikan politik dan bunglonisme pemikiran demi secuil kekuasaan yang diberikan raja.
Sangat disayangkan, bahwa sejauh ini beberapa gerakan Islam (seperti gerakan Keadilan dan Pembangunan) telah samapi pada titik ketundukan dan ketergantungan kepada Raja Maroko, yang tidak memiliki kepedulian selain terlibat dalam perkara-perkara haram, dan perbuatan-perbuatan yang didominasi hawa nafsu (kantor berita HT, 6/1/2013).