Menteri Kebudayaan Norwegia mengatakan negaranya tidak akan mengizinkan polisi wanita Muslim mengenakan hijab.“Hal ini akan memunculkan isu simbol keagamaan. Pemerintah telah memutuskan bahwa simbol keagamaan tidak boleh dipergunakan saat memakai seragam polisi.” Ungkap Hadia Tajik Menteri Kebudayaan hari Senin kemarin. (presstv.com 08/01/2013)
Inilah realitas demokrasi. Selama ini para pengemban demokrasi berkoar-koar menyerukan kebebasan serta mengkritik habis-habisan syariah Islam yang bertentangan dengan kebebasan mereka.
Tapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa kebebasan demokrasi bukanlah untuk Islam dan Muslim. Seluruh ‘atribut’ yang berkaitan dengan Islam dilarang dan pemakainya diancam dengan sanksi mengerikan.
Hal ini sangat berbeda dengan Islam yang memberikan toleransi yang besar kepad pemeluk agama selain Islam untuk beribadah menurut keyakinan mereka. Sebagaimana yang diungkap oleh T.W. Arnold menulis dalam bukunya, The Preaching of Islam: “Perlakuan terhadap warga Kristen oleh pemerintahan Ottoman (selama kurang lebih dua abad setelah penaklukkan Yunani) telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa…”
“Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi”. (Ali Imran: 118). Jadi sesungguhnya, siapa yang tidak Toleren? [] (CYP/Nov/Muslimah4Khilafah)