HTI Press. Pada hari jum’at (18/01/2013) pukul 10.00 wib, DPD II HTI Deli Serdang melakukan audiensi ke kantor DPC PPP Deli Serdang, yang berada di Jl. Karya Utama No. 9 Lubuk Pakam. Rombongan HTI Deli Serdang dipimpin oleh Ust. Abu Adzka dengan anggota Ust. Bukhari al-Malawy, Ust. Siddiq, Ust. Abu Zahid al-Maidany, Ust. Abu Aqila dan Ust. Abu Izzah disambut langsung oleh Bapak Ir. Waluyo Hadi selaku ketua DPC PPP Deli Serdang, beserta sekertaris dan bendahara PPP Deli Serdang yakni, Bapak Sawaluddin Gultom beserta Bapak Diyan Tarigan, juga Bapak Ende Tarigan selaku KABID Pendidikan PPP Deli Serdang juga Bapak Haris Lubis Ketua GPKI.
Nuansa PILGUBSU yang semakin dekat yakni bulan Maret mendatang semakin menghangatkan suasana audiensi kali ini. Setelah saling mengenalkan satu sama lainnya, perdiskusianpun terarah pada pembahasan bagaimanan sikap politik HTI pra dan pasca PILGUBSU? Selain itu PPP jg menyatakan kekhawatirannya terkait banyaknya golput dari kalangan pemilih muslim serta berharap HTI dapat mengarahkan pilihan politik kadernya kepada calon yang diusung oleh PPP.
Menanggapi pertanyaan pertama Ust. Siddiq menjelaskan, bahwasanya HTI memiliki sikap politik yang jelas berasaskan Islam dimana HTI tidak akan melenceng sedikitpun dari Islam, terkait pra dan pasca PILGUBSU, HTI akan tetap istiqamah dalam menjalani fikrah dan thariqah dakwahnya dengan tetap terus membangun ra’yul ‘am dan wa’yul ‘am ditengah-tengah masyarakat menuju perubahan hakiki yakni penerapan Syari’ah Islam dan penegakan Khilafah bukan hanya dalam skala nasional tetapi juga skala Internasional. Lebih lanjut Ust. Siddiq juga menegaskan bahwasanya PILGUBSU bukan satu-satunya jalan perubahan bagi muslim SUMUT, akan tetapi sebuah jalan yang justru dapat menjauhkan muslim SUMUT sendiri dari perjuang Islam yang hakiki, sebab PILGUB yang merupakan bagian integral dari demokrasi hanya akan melanggengkan sistem ini, yang sebenarnya justru menjadi sumber masalah bagi kehidupan muslim SUMUT khususnya dan dunia umumnya. Ust. Abu Adzka juga menyampaikan, dorongan keimanan kita telah mengarahkan loyalitas kita kepada Islam, bukan pada yang lainnya, memilih pemimpin daerah yang tidak mengurusi urusan kaum muslimin dengan hukum-hukum Alloh adalah sebuah keharaman yang dapat menghantarkan pada murka Alloh.
Menanggapi paparan ini, Bapak Waluyo kembali menanyakan kepada HTI sebuah pertanyaan klasik, “Bila Islam tidak memilih dan mendukung partai Islam, maka orang-orang yang anti Islam akan berkuasa menjadi pemimpin dan ini membahayakan umat Islam”. Pak Ende serta Bapak Sawaluddin juga menambahkan HTI punya tanggung jawab disini untuk mengarahkan umat mendukung partai Islam terkhusus PPP. Ust. Abu Zahid, menepis asumsi premature ini dengan menyatakan “Justru penerimaan dan keberadaaan kita dalam sistem demokrasi yang kufur karena tidak sesuai dengan hukum Islam, telah memberikan ruang bagi orang-orang yang anti Islam untuk dapat duduk serta berkuasa dan bahkan membuat undang-undang, bersama kaum muslimin lewat proses kompromi, jadi bukan masalah dukung mendukung partai Islam”. Juga tambahan dari Ust. Siddiq kalaupun disuruh mendukung partai Islam, lantas partai Islam mana yang harus didukung karena banyak partai yanng mengklaim dirinya partai Islam. Selain itu menjadipertanyaan juga bila partai islam yang ada serius memperjuangkan suara umat Islam, kenapa tidak berkoalisi saja sehingga jelas bagi umat, tetapi faktanya mengapa banyak partai Islam justru berkoalisi dengan partai sekuler. Hal ini dijawab singkat oleh Bapak Waluyo, bahwa tidak dapat dipungkiri dalam mekanisme politik demokrasi Mahar Politik serta Transaksi Politik menentukan sikap politik partai.
Dalam diskusi juga disinggung mengenai GOLPUT, Bapak Ende menanyakan sikap HTI terhadap Golput. Ust Abu Zahid menjawab bahwa HTI tidak pernah menyerukan GOLPUT, hizbut tahrir sesuai dengan thariqah dakwahnya hanya membangun kerangka kesadaran politik umat yang disandarkan kepada Islam semata, sehingga dengan dorongan keimanannya umat akan memahami bahwa setiap pilihanya akan menghasilkan konsekuensi pahala bila sejalan dengan Islam dan dosa bila bertentangan dengan Islam di Yaumil Akhir kelak. Abu Zahid juga menambahkan, sesuatu yang tidak dapat dipungkiri bahwa semakin hari angka GOLPUT semakin membengkak dan ada banyak faktor penyebabnya, diantaranya 1). Kesalah DPT sehingga banyak orang yang kehilangan hak pilih, maka ini kesalahan teknis pendataan, 2). Ketidakpercayaan masyarakat terhadap parpol yang banyak menebar janji tapi tidak terealisasi, maka pada poin ini parpol harus berbenah diri, 3). Kesadaran Ideologis ditengah-tengah masyarakat bahwa Demokrasi dan produk turunanya bukan solusi bagi permasalahan umat, dan mereka punya solusi lain selain demokrasi. Nah dengan demikian tingginya angka GOLPUT bukanlah “Dosa Politik” yang harus ditanggung HTI, akan tetapi justru Demokrasi yang bermasalah itulah yang menimbulakan, ketidak percayaan bagi orang banyak, dimana bila ketidakparcayaan itu di landasi keimanan maka umat sendiri yang akan meninggalkan Demokrasi dan beralih pada Islam, sekali lagi ini bukan “Dosa Politik” HTI. Wallohua’lam. []Abu Zahid/DPD II HTI Deli Serdang