HTI Press. Sleman. Sekitar 300 umat Islam menghadiri Tabligh Akbar Rabiul Awwal bertema Sejahtera di bawah Naungan Khilafah, Ahad (10/2) pagi di Masjid jendral Soedirman Komplek Colombo, Yogyakarta.
Dalam Sambutannya, Pedyanto (Ketua DPD II Sleman Yogyakarta) mengatakan acara yang diselenggarakan HTI Sleman ini bertujuan untuk mengajak masyarakat agar turut serta peduli dalam memikirkan umat khususnya di negeri Indonesia. “Kami tidak akan berhenti hingga bendera Roya dan Liwa menjadi bendera kita semua,” tekadnya.
Dalam kesempatan itu, orasi pertama disampaikan Suswanta Abu Alya. Ia memberikan sejumlah fakta kebobrokan negeri Indonesia. “Ada 8 K masalah yang akan terjadi ketika tidak ada Daulah Khilafah, yakni Keturunan, Kehormatan, Kemurnian Aqidah, Kecermelangan Akal, Keselamatan Jiwa, Kesucian Harta, Keamanan dan Keutuhan Negara,” ungkapnya.
Ia pun mencontohkan dalam masalah Kecermelangan Akal, pada saat ini pendidikan kualitasnya tidak sebaik yang dicapai pada masa kekhilafahan. Pendidikan di masa kekhilafahan banyak mencetak ilmuan dan ulama yang memberikan kontribusi besar kepada umat manusia hingga saat ini. “Seperti Ibnu Sina pada bidang Kedokteran, Imam Syafii, Imam Hambali, Imam Hanafi dan Imam Malik Ulama-ulama yang menjadi panutan dalam masalah Fiqih oleh Umat Islam,” bebernya.
Orasi kedua disampaikan oleh Hawary. Ia menceritakan bukti-bukti kegemilangan sejarah kaum Muslimin ketika hidup dalam naungan sistem khilafah. “Kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadi contoh ketika salah seorang wali ( gubernur) di daerah Iraq melaporkan Kelebihan pendapatan daerahnya.
“Sehingga dibagi-bagikan kepada masyarakat pun untuk kepentingan Individunya seperti membayar utang, modal menikah para pemuda, dan modal untuk usaha masih terdapat sisa karena terlalu banyaknya surplus kas di daerah tersebut,” tuturnya.
Hawary juga mengajak masyarakat kalau sudah setuju dengan Khilafah haruslah ikut mendukung perjuangan menegakkannya.Salah satunnya turut serta ikut dan mengajak masyarakat yang lain untuk hadir dalam perhelatan besar Muktamar Khilafah, 5 Mei di Yogyakarta.
“Sehingga dengan turut hadir dalam kegiatan tersebut, opini terhadap Khilafah dan Syariah semakin terdengar di tengah-tengah masyarakat,” pungkasnya.[] Azinuddin S Haq/Joy