Anti VIDI, Bukan Basa Basi

HTI Press. “Saya remaja Islam, Saya Anti VIDI, Allahu Akbar” pekik ratusan pelajar peserta Training Super Muslim “Say NO to Valentine” yang memadati Aula Kelurahan Kumai Hilir, Kecamatan Kumai Ahad (10/2).  Trainer yang juga Humas HTI Kobar Andri Saputra menjelaskan setidaknya ada tiga bahaya dibalik perayaan valentine’s day (VIDI). Alasan pertama, vidi merupakan budaya kufur (tidak Islami). Kedua, menjadi ajang perzinahan (seks bebas) dan alasan ketiga untuk promosi budaya konsumtif. Terkait dengan alasan pertama, kelahiran vidi bermula dari perayaan lupercus, dewa kesuburan pada zaman romawi kuno yang jatuh setiap  tanggal 15 februari. Pada 496 M, Paus Gelasius I menjadikan upacara romawi kuno ini sebagai perayaan gereja dengan nama saint valentine’s day untuk menghormati pendeta saint valentine yang wafat pada tanggal 14 Februari. Inilah yang menjadi awal mula tradisi vidi diperingati setiap tanggal 14 Februari sebagai hari kasih sayang sedunia. Menjadi jelas bahwa vidi tidak ada kaitan dengan Islam bahkan bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Alasan kedua, perayaan vidi baik di luar negeri maupun dalam negeri kerap berujung dengan aktivitas seks bebas. Pada 2004, sebuah survey terhadap remaja Cimahi, Batujajar, Padalarang, dan Lembang menyebutkan 413 responden yang menjawab angket secara sah, 26,4 % mengaku lebih suka merayakan vidi bersama gebetan (kekasih) dengan jalan jalan, makan makan hingga seks bebas. Alasan ketiga, vidi menyuburkan budaya konsumtif atau membelanjakan sesuatu yang tidak penting seperti membeli kado buat sang kekasih berupa bunga, coklat, boneka dan makan malam bersama. Terlepas dari itu semua, Islam memandang vidi sebagai tradisi jahiliyah dan haram untuk dirayakan oleh umat Islam khususnya dari kalangan generasi muda. “Bagi yang ngerayain vidi, akan mendapat dosa dan kemurkaan Allah SWT. Adapun bagi yang tidak merayakan, hendaknya diniatkan semata mata karena taat kepada larangan Allah SWT, bukan karena pertimbangan materi seperti tidak punya uang untuk beli kado, tidak punya pacar atau alasan sejenis,” tukas andri dalam rilisnya.

Pada hari yang sama, LDS DPD HTI Kobar juga menyelenggarakan training serupa di Masjid Al Kautsar, Jalan Prakusumayudha, Kelurahan Mendawai. Acara tersebut dihadiri oleh ratusan pelajar se Kota Pangkalan Bun dan menghadirkan pemateri Aktivis LDS Kobar Gatot Suwanto. Kegiatan ini merupakan rangkaian kampanye anti valentine’ day yang diselenggarakan Lajnah Dakwah Sekolah (LDS) DPD Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kotawaringin Barat pada sejumlah tempat meliputi Kecamatan Pangkalan Banteng, Kota Pangkalan Bun, Kecamatan Kumai dan Kecamatan Hanau, Kabupaten Seruyan. Harapannya, remaja muslim di Kobar dalam terhindar dari pengaruh negatif peringatan vidi yang terbukti mengancam akidah dan merusak moralitas. Namun, solusi tuntas untuk menghapus budaya/tradisi jahiliyah seperti pacaran dan merayakan vidi dikalangan remaja hanya dengan menegakkan Syariah Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Bukan dengan sistem demokrasi yang justru melindungi dan melestarikan berbagai kemaksiatan termasuk perayaan vidi.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*