Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengindikasikan pada hari Sabtu bahwa dia akan kembali melarang partai Islam terbesar di negara itu, saat puluhan ribu orang bergabung untuk menyatakan duka cita atas pemakaman blogger anti-Islam.
Hasina mengatakan setelah pertemuan dengan kerabat yang berkabung Ahmed Rajib Haider bahwa partai Jamaat-e-Islami, yang anggotanya diduga terlibat dalam pembunuhan blogger itu, “tidak memiliki hak untuk berada dalam percaturan politik pada Bangladesh”.
Demonstrasi-demonstrasi diperjuangkan oleh para aktivis online negara itu dimana telah terlihat ribuan orang turun ke jalan selama dua minggu terakhir untuk menuntut diadilinya para pemimpin Jamaat-e-Islami atas kejahatan perang.
Protes-protes tandingan oleh kelompok Islam menuntut penghentian persidangan para pemimpin Jamaat termasuk kepala dan wakil kepala partai itu atas peran mereka dalam perang kemerdekaan 1971 yang telah berubah menjadi kekerasan di seluruh negeri, dan menyebabkan 13 orang tewas.
Hasina mengunjungi rumah Haider, seorang saudaranya yang merupakan penyelanggara protes anti Islam yang terbunuh pada hari Sabtu dimana polisi mencurigai Jemaat sebagai pelakunya. Hashina mengisyaratkan dalam komentarnya kepada para wartawan bahwa ia akan mendukung larangan untuk Partai Jamaat.
“Siapapun bisa berasumsi siapa yang berada di balik pembunuhan ini,” katanya, mengacu pada Jamaat.
“Banyak klaim bahwa mereka adalah partai politik yang demokratis, sebuah kekuatan demokrasi. Sekarang terbukti bahwa mereka meyakini terorisme bukan demokrasi, katanya.
“Kami akan lakukan kepada mereka apa yang diperlukan. Mereka sama sekali tidak berhak berada dalam percaturan politik di Bangladesh yang bebas..”
Ribuan orang termasuk veteran perang yang bergabung dalam pemakaman hari Sabtu malam di persimpangan Shahbag Dhaka, di mana protes-protes telah ditunjukkan terhadap kelompok-kelompok Islam sejak 5 Februari.
Kepala polisi setempat, Sirajul Islam, mengatakan kepada AFP setidaknya ada 50.000 orang yang menghadiri pemakaman itu.
Bentrokan antara polisi dan Islam telah meningkat sejak minggu lalu setelah seorang pemimpin senior Jamaat dihukum penjara seumur hidup atas tuduhan melakukan pembunuhan massal.
Jamaat dan oposisi Partai Nasionalis Bangladesh yang utama telah mengatakan pengadilan-pengadilan itu didasarkan atas tuduhan palsu dan merupakan bagian dari dendam politik.
Pemerintah menolak tuduhan itu dan mengatakan pengadilan itu dibutuhkan untuk menyembuhkan luka dari perang selama sembilan bulan di mana dia mengatakan tiga juta orang tewas, kebanyak oleh milisi pro-Pakistan yang anggotanya diduga termasuk para pejabat Jamaat. (rz/rawstory.com, 16/2)