City University di London dituduh melakukan diskriminasi oleh sekelompok mahasiswa Muslimnya setelah kampus menutup ruangan yang selama ini digunakan sebagai musholla untuk menunaikan sholat Jumat.
Sekelompok mahasiswa membentuk kelompok bernama Muslim Voices on Campus, mendesak universitas untuk mengembalikan musholla mereka.
Kelompok itu mengatakan mereka menjadi “sasaran yang tidak adil.”
City mengatakan mengambil keputusan itu karena mahasiswa menolak menyerahkan proposal konten khutbah Jumat pada universitas sebelum sholat Jumat untuk memeriksa “kelayakannya.”
Wasif Sheikh, yang memimpin kelompok itu mengatakan, “Kami merasa kami menjadi sasaran secara tidak adil. Semua khutbah kami terbuka, kami menyambut semua mahasiswa dan staf.
“Tapi ketika anda mulai menyerahkan isi khutbah anda agar bisa dipantau dan diawasi maka ada peluang kampus akan mendikte ceramah apa yang diizinkan dan apa yang tidak. Kami, sebagai mahasiswa, tidak bisa menerima hal itu.”
Suasana penuh konfrontasi
Tiga tahun lalu, lembaga kajian anti ekstremisme Quilliam Foundation merilis laporan tentang khutbah sholat Jumat di City University, di London tengah.
Laporan itu mengklaim ceramah tersebut mendorong pandangan-pandangan garis keras dan suasana penuh konfrontasi.
Dalam salah satu khutbah yang direkam, khatib mengatakan, “Ajaran Islam mengajarkan kita untuk memotong tangan pencuri. Dan juga mengajarkan kita untuk merajam pelaku zina.
“Islam memberitahu dan mengajarkan kita untuk membunuh orang kafir.”
BBC London tidak memiliki bukti bahwa pandangan-pandangan itu masih disebar hingga kini, tapi beberapa kalangan berargumen bahwa episode itu menunjukkan perlunya pengawasan yang lebih ketat.
‘Sejarah berbahaya’
Dr Usama Hasan dari Quilliam Foundation mengatakan, “Jika tidak ada sejarah masa lalu di universitas, saya pikir apa yang dikatakan para mahasiswa akan terdengar sangat logis. Namun, ada sejarah berbahaya dan buruk di sana.
“Mereka harus menerimanya dan memberikan lebih pada universitas.
“Kedua pihak harus berkompromi dan bernegosiasi dan melakukan pembicaraan-pembicaraan sulit.”
Tantangan yang dihadapi banyak universitas kini adalah mengatasi ancaman potensial, tanpa terkesan membatasi kebebasan berbicara.
Sebuah pernyataan dari universitas mengatakan mereka harus yakin mengenai “kelayakan” apa yang dibahas dalam khutbah sebagai acara yang diizinkan kampus.
Kampus juga mengatakan harus memastikan bahwa semua “mahasiswa yang dapat memimpin sholat dan memberikan khutbah” dinilai setara dan diberikan kesempatan untuk melakukan hal itu.”
Pernyataan tersebut berlanjut, “Universitas tidak dapat terus mendukung aktivitas yang berlangsung di lingkungannya jika kami tidak dapat melakukan supervisi secara wajar.”
Sebagai tambahan, pihak universitas juga mengatakan mereka telah memberikan sejumlah tempat alternatif dekat gedung kampus bagi mahasiswa untuk dapat melaksanakan sholat. (bbc, 22/2)
Memotong tangan pencuri (yang telah terbukti di pengadilan, memenuhi batas minimal harta curian yang dikenai huk potong tangan) adalah ajaran Haq, sesuai perintah Allah dan RasulNya. Sementara kini menjadi ajaran yang dicibir. Dan orang-orang kafir Amerika tdk memerlukan landasan ajaran Haq utk membunuhi orang-orang seenaknya dengan pesawat drone nya. Tapi dunia acuh dengan kebejatan dan kejahatannya.