Ketua Tim Pencari Fakta dan Rehabilitasi (TPFR) dugaan pelanggaran HAM oleh Densus 88 Bima membantah isu santer yang berkembang atau sengaja dikembangkan oleh pihak-pihak tertentu,tentang pengunduran dirinya dari jabatan Ketua TPFR Bima karena “ketakutan” atas intimidasi oknum-oknum terntentu
”Tidak benar bahwa saya menyatakan pengunduran diri tersebut. Karena jabatan Ketua TPFR menyangkut amanah ummat/organisasi2 besar (12 Ormas) yang ada di Bima, tegas Hadi Santoso, ST,MM. Di dalam press rilisnya sebagai klarifikasi resmi yang diterima arrahmah.com, Kamis (28/2/2013) Jakarta.
Justru menurut Hadi, kekuatan TPFR semakin bertambah dengan bergabungnya unsur-unsur baru yang ingin membantu pengungkapan kebenaran di Bima.
“Bahwa, saat ini telah bertambah Ormas yang bergabung dalam TPFR Bima dari 12 Ormas menjadi 18 Ormas. Hal itu menunjukkan apresiasi masyarakat Bima terhadap kinerja dan misi yang diemban oleh TPFR Bima,” ujarnya.
Ia mengakui terkait adanya ancaman dan tekanan terhadap dirinya dan rekan-rekannya di TPFR. Namun, hal tersebut menurutnya malah menambah tekad dan semangat tim dalam menyelesaikan tugasnya untuk mengungkap kebenara.
“Bahwa benar saya mendapatkan intimidasi langsung dan tidak langsung, berupa isu penetapan diri saya sebagai TO (target Operasi) Densus 88. Hal yang sama juga dirasakan oleh anggota TPFR Bima lainnya. Namun, hal tersebut justru membuat semangat kami naik,karena hal itu menunjukkan bahwa kami (Insya Allah) berada di jalan yang benar. Mengingat sudah menjadi rahasia umum bahwa Densus ’88 diduga kuat lebih membawa misi kaum zionis-yahudi, dibandingkan membawa misi kedaulatan NKRI apalagi misi Islam sebagai agama terbesar di negara ini,” papar Hadi.
Ia pun menjelaskan pula, bahwa didalam penyelidikan dan investigasi yang dilakukan TPFR dan ormas-ormas Islam serta Komnas HAM ditemukan pelanggaran HAM berat yang dilakukan detasemen Polri yang berlogo Burung Hantu tersebut.
“Bahwa,dari berbagai data dan Fakta yang kami dapatkan dari lapangan,maupun pihak terkait sperti Komnas HAM, TPM (tim pengacara muslim),PP Muhammadiyah,PB NU, dan MUI pusat. Memiliki satu kesimpulan yang sama yakni kinerja Densus telah melanggar HAM secara berat, extra ordinary crime. Yang menyebabkan banyak nyawa orang-orang ber-Iman, soleh dan tidak bersalah menjadi tumbal keberingasan oknum-oknum Densus 88 tersebut,” ungkap Hadi.
Tekad generasi Kesultanan Islam Bima melawan penindasan
Hadi menegaskan, bahwa dirinya bersama-sama seluruh orang/lembaga yang tergabung dalam TPFR adalah kumpulan generasi yang lahir dari “rahim” Kesultanan Islam Bima yang tidak rela melihat kehinaan pada umat Islam dan tidak mundur dalam berjuang.
“Dalam darah kami insya Allah mengalir darah para pejuang Islam. Yang pantang melihat Islam dan ummatnya diinjak-injak dan dinistakan. Kami akan terus berjuang mengungkapkan kebenaran,anti kedzoliman & kesewang-wenanangan. Meskipun karena itu kami harus membayarnya dengan nyawa,”
Selain itu, Hadi juga mengungkapkan secara pribadi ia mengenal dengan baik hampir semua organisasi-organisasi islam-umum yang ada di Bima,yang didalamnya penuh generasi-generasi yang komit pada Islam,tidak terima daerahnya dijadikan obyek dari proyek terorisme.
“Namun, saya pun faham bahwa hukum di negara ini penuh dengan manipulasi dan kriminalisasi sebagaimana terpampang begitu “telanjang” di media elektronik. Karena itu,saya bersama TPFR Bima akan senantiasa waspada dan meminta seluruh warga Bima untuk selalu jeli dan selektif dalam menerima dan menanggapi isue-isue yang sengaja dikembangkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” tuturnya.
TPFR pun meminta kepada Bupati-Wakil Bupati Bima, dan Bapak Walikota-Wakil Walikota Bima untuk selalu ingat secara penuh akan jatidiri beliau-beliau, sebagai pemimpin daerah yang memiliki Ruh dan darah para pejuang Islam,sebagaimana leluhur beliau sekalian yang merupakan pelopor perjuangan itu. Sehingga,lebih memprioritaskan program-program yang menumbuhkembangkan semangat ber-Islam yang kaffah (menyeluruh). Dan anti pada gejala-gejala pemberangusan Islam di daerah ini.
“Saya tahu persis Bapak-bapak sekalian (sebagaimana Bapak-bapak pun mengenal saya) bahwa Bapak sekalian adalah pemimpin yang sangat pemberani dan apa adanya. Karena itu,mohon jangan pernah padamkan semangat keberanian itu untuk membela Islam,” imbaunya.
Ia juga meminta kepada pimpinan ormas-ormas Islam untuk merespon rekomendasi dari Komnas HAM dan lembaga-lembaga terkait dalam kasus dugaan pelanggaran HAM berat yang dilakukan densus 88.
“Meminta kepada para ayahanda kami di MUI Pusat, PP Muhammadiyah, PB NU,DDII,Persis,Khilafatul Muslimin, HTI, TPM dll untuk secara serius menindaklanjuti rekomendasi berbagai lembaga termasuk Komnas HAM,” harapnya.
“Demikian klarifikasi ini,semoga Allah SWT senantiasa memberikan basyiroh, dan menyatukan hati ummat-ummatnya,guna menghadapi musuh-musuh Islam yang sesungguhnya,” tutup Hadi. (arrahmah.com, 28/2)