Gerakan oposisi Suriah terjerumus ke dalam kekacauan setelah pengunduran diri pemimpinnya yang merupakan tokoh paling populer, Moaz al-Khatib, yang mundur dari jabatannya pada hari Minggu dengan berasalan kurangnya dukungan.
Para pemimpin Barat yang mendukungnya juga mengklaim bahwa beberapa kelompok berusaha membajak revolusi Suriah demi memajukan kepentingan mereka sendiri. Dan, sebagai tanda terjadinya perpecahan lebih lanjut, Saam Idriss, seorang pemimpin kunci sayap militer oposisi, Tentara Pembebasan Suriah, mengatakan dia menolak untuk mengakui pengangkatan perdana menteri sementara pada pekan lalu.
Al-Khatib, seorang mantan imam Masjid Ummayad di Damaskus, mengatakan dia akan terus bekerja untuk revolusi, namun keluar dari kerangka politik yang katanya telah mendapat sedikit dana bantuan.
Pengunduran dirinya terjadi seminggu setelah aliansi oposisi menunjuk seorang perdana menteri sementara, sebuah langkah yang dianggap oleh beberapa pengamat sebagai mengurangi kedudukannya.
Segera setelah pencalonannya sebagai pemimpin sementara, Ghassan Hitto, telah menjauhkan diri dari kesediaan Al-Khatib untuk bernegosiasi dengan elemen-elemen rezim Assad dalam upaya untuk mengakhiri perang saudara.
Kesiapan Al-Khatib untuk berbicara pertama kalinya menandai bahwa setiap tokoh senior dalam oposisi telah membuka pintu untuk memediasi konflik. Namun, hal ini mendapat kritik tajam dari sebagian pemimpin oposisi lainnya yang bersikeras bahwa niat baik perundingan tidak dapat dilakukan dengan para pemimpin rezim.
Penunjukan Hitto, seorang eksekutif IT yang bergabung oposisi tahun lalu setelah tinggal di AS selama 30 tahun, juga menyebabkan pengunduran diri tokoh senior lainnya, termasuk Suhair Attasi, yang telah memimpin upaya kemanusiaan.
Sebagian anggota oposisi mengklaim Hitto sangat didukung oleh Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok yang kuat baik pada sayap politik dan militer dari pihak oposisi yang dipandang berada pada kedudukan yang memperngaruhi perang saudara yang memasuki tahun ketiga.
Blok politik, yang dipimpin oleh Al-Khatib, dan sekarang Hitto, ditugasi untuk menyatukan sayap sipil dan militer revolusi, namun telah membuat sedikit kemajuan. Kelompok pemberontak dalam wilayah Suriah mengambil sebagian instruksi dari badan politik itu dan memiliki kontak langsung dengan sedikit pemimpinnya.
Beberapa jam setelah pengumuman Al-Khatib pada hari Minggu, pertemuan umum dengan oposisi mengumumkan tidak akan menerima gerakan dan memintanya untuk kembali ke perannya. Qatar, yang telah memainkan peran penting dalam mendukung pihak politik dan militer oposisi, juga mendesak dia untuk tetap bertahan.
Saat berbicara menjelang KTT Arab di Doha, Rabu, Menlu Qatar, Hamad bin Jassim al-Thani mengatakan ia menyesali pengunduran diri Al-Khatib. “Saya pikir ini adalah saat yang sangat penting bagi Suriah, terutama saat hampir semua orang setuju untuk memberikan kursi negara Suriah kepada pihak oposisi,” katanya.
Oposisi Suriah telah ditawarkan untuk mengambil posisi wakil resmi Suriah di Liga Arab, yang menangguhkan keanggotaan negara Suriah pimpinan Assad dipimpin Suriah tahun lalu.
“Jadi kami berharap hal-hal ini mendapatkan diperbaiki,” kata Al-Thani. “Kami merasa itu penting baginya untuk tidak kehilangan momen ini.”
Langkah Al-Khatib untuk berhenti menyusul pertemuan yang diadakan sebelumnya pada hari Minggu dengan Uni Eropa, yang katanya “tidak mencapai apa-apa”.
“Segala sesuatu yang terjadi pada rakyat Suriah, dari mulai kehancuran infrastruktur, penangkapan puluhan ribu anak-anak dan pengungsian puluhan ribu orang dan tragedi lainnya tidak cukup bagi dunia untuk mengambil keputusan internasional yang memungkinkan orang untuk membela diri,” katanya dalam sebuah pernyataan.
“Mereka yang bersedia untuk mematuhi [kekuatan luar] akan didukung, sementara orang-orang yang tidak mau mematuhinya tidak akan ditawarkan apa-apa kecuali kelaparan dan pengepungan Kami tidak akan meminta-minta bantuan dari siapa pun. Jika ada keputusan untuk mengeksekusi kita sebagai orang Suriah, maka marilah kita mati sebagaimana yang kita inginkan. Gerbang kebebasan telah dibuka dan tidak akan ditutup, tidak hanya bagi rakyat Suriah, namun bagi semua orang.. ”
Menlu AS, John Kerry, malah optimis atas berita pengunduran diri itu.
“Ide mengapa dia mengundurkan diri telah dikemukakan pada banyak kesempatan dan bukan merupakan kejutan,” katanya, saat berkunjung ke Baghdad. “Pihak oposisi terdiri lebih dari satu orang,” tambahnya. (guardian.co.uk/rz)