HTI Press. Maraknya pergaulan bebas menjadi tanggung jawab bersama untuk mengatasinya. Inilah hal yang mengemuka dalam Bincang–bincang Tokoh Masyarakat dan Guru se-Sleman bertajuk “Optimalisasi Peran Tokoh Masyarakat dan Guru dalam Melibas Pergaulan Bebas di Kalangan Pelajar”, Sabtu (30/3) bertempat di Rumah Makan Mbah Jingkrak, jl. Kaliurang km 9,5 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Acara yang diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD 2 HTI Sleman ini, dihadiri sekitar 50 peserta dari kalangan tokoh masyarakat, perwakilan instansi pemerintah, dan pendidik ini, menghadirkan tiga pembicara yaitu Komisaris Polisi Siti Alfiah, S.H. (KSB ANEV BINOPS DIT Narkoba Polda DIY), Dra. Hj. Sri Muslimatun Damanhuri (Direktur Rumah Sakit Sakina Idaman), dan Eulis Siti Murnaesih, S.S. (Ketua MHTI DPD 2 HTI Sleman).
Dalam paparannya, Sri Muslimatun menyoroti tingginya angka gaul bebas di Yogyakarta dengan menyampaikan pengalamannya secara praktis sebagai bidan sekaligus pemilik sebuah rumah sakit bersalin di Yogyakarta. Beliau juga menuturkan dari aspek kesehatan. Jika sampai terjadi aborsi, akibat yang ditimbulkan bisa berbagai macam, antara lain terjadi infeksi saluran telur, sobeknya rahim, kanker indung telur, kanker rahim, hingga berujung kepada kematian.
Adapun Eulis Siti melihat bahwa pergaulan bebas merupakan perbuatan yang melanggar syariat Islam, “Padahal sebagai muslim, kita dituntut untuk senantiasa mengikuti aturan Allah swt,” imbuhnya. Eulis menambahkan bahwa Islam telah mengatur secara rinci masalah pergaulan laki–laki dan perempuan. Misalnya di dalam Q.S. An Nuur: 31, dijelaskan tentang keharusan menundukkan pandangan, menutup aurat, dll. Islam juga tidak memperbolehkan berdua – duaan dengan lawan jenis. Sementara masyarakat sudah sangat akrab dengan istilah pacaran, yang secara praktek bertentangan dengan aturan Islam. Eulis juga mengkritisi kemudahan mendapatkan akses gambar porno bagi remaja yang berakibat pada rusaknya generasi termasuk memicu gaul bebas tadi.
Siti Alfiah sepakat bahwa permasalahan remaja kini di ambang memprihatinkan. Siti melihat bahwa salah satu penyebabnya adalah sebagai upaya remaja dalam mencari jati dirinya. Selain jati diri, menurut Sri Muslimatun, rasa penasaran remaja, naluri seksual, minimnya pengetahuan, keluarga broken home, faktor lingkungan seperti pengaruh teman dan media, merupakan beberapa faktor maraknya pergaulan bebas. Sementara Eulis Siti menyampaikan bahwa penyebab utama gaul bebas karena lemahnya iman, masyarakat yang tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sistem yang menciptakan kondisi buruk, hukum bukan Islam, dan adanya phobi terhadap Islam.
Pada sesi akhir diskusi ini, semua pembicara menyepakati bahwa gaul bebas merupakan tanggung jawab bersama untuk mengatasinya. Selain memberikan solusi preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan), Sri Muslimatun memandang perlunya solusi promotif, yaitu upaya untuk mempromosikan tentang bahaya pergaulan bebas di kalangan remaja. “Dan ini tugas kita bersama pemerintah,” ujar Sri. Sri juga mengajak peserta yang semuanya kaum ibu, agar kembali ke peran utamanya sebagai orang yang bertugas melahirkan khalifatullah, mendidik anak–anak, dan kembali kepada pengaturan Al-Qur’an dan Hadits. Adapun Eulis Siti menekankan bahwa karena maraknya gaul bebas diakibatkan oleh ditinggalkannya aturan Allah, maka solusinya adalah kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits. “Kita hendaknya menjadi orang yang berkomitmen terhadap Islam, melakukan amar ma’ruf nahi munkar, memberikan penyadaran kepada umat, dan mendukung terhadap perjuangan menuju perubahan besar masyarakat seperti yang diserukan oleh Hizbut Tahrir melalui perjuangan syariah dan khilafah karena hanya dengan khilafahlah kita bisa menerapkan Al-Qur’an dan As-Sunnah,” seru Eulis. Acara ini juga mendapatkan respon serta tanggapan positif dari beberapa peserta yang kesemuanya merasa prihatin dan sepakat untuk berperan aktif dalam mengatasinya. []