Sekembalinya dari Suriah, salah seorang tim medis Aksi Cepat Tanggap (ACT) Suster Metty Yuniarti (24 tahun) yang bertugas menangani korban selama dua pekan di bumi Syam tersebut menyatakan bahwa warga Suriah butuh dokter spesialis mata dan spesialis bedah.
“Di sana sangat dibutuhkan dokter spesialis mata dan bedah, terutama yang sudah memiliki ijin internasional. Karena kalau cuma memiliki ijin nasional, masih harus ditemani dokter-dokter setempat dalam menangani pasien,” ujar Metty kepada mediaumat.com (8/4) melalui surat elektronik.
Metty yang kembali menginjakkan kaki di Tanah Air pada Jum’at (8/3) tersebut menyatakan: “Perkembangan terakhir di sana, tepatnya di wilayah Dar’a terus menerus dihujani bom, hingga rumah sakit di sana juga terkena bom, terpaksa para warga diungsikan ke Yordan. Dan untuk pengungsian di perbatasan garis depan, yang awalnya pengungsi masuk 2000 orang per-hari, saat ini bisa mencapai 9000 orang per-harinya.”
Selain itu, penyakit yang menimpa warga juga semakin bertambah. Kondisi cuaca dingin yang ekstrim membuat sebagian besar warga terutama balita dan anak-anak mulai terjangkit beberapa penyakit antara lain asma, flu, dan batuk, selain luka-luka akibat dampak dari peperangan. “Di sana banyak sekali bayi dan anak-anak yang tertimpa penyakit,” tuturnya.
Menurut para dokter dan suster relawan ACT yang memantau langsung dari lapangan, hingga saat ini konflik berkepanjangan masih terjadi di Suriah bahkan rudal scud masih terus menghujani bumi Syam itu. ACT pun mencatat per Maret 2013, sedikitnya 6.000 korban jiwa tewas akibat peperangan antara rezim Bashar Asad dengan mujahidin.(Mediaumat.com, 9/4)