HTI-Press. Krisis Global sudah menjadi perbincangan hangat bagi kebanyakan orang. Mulai dari forum formal semacam seminar sampai forum informal seperti obrolan pagi sambil minum kopi. Ya, dunia dihentakkan oleh Krisis Finansial Global ini.
Ahad pagi tanggal 09 November 2008, Aula Kampus Jurusan Penyuluh Perikanan STP Cikaret Bogor, dipenuhi oleh para Taruna Jurusan Penyuluh Perikanan STP, perwakilan mahasiswa dari Lembaga Dakwah Kampus di Bogor, para pelajar SMA serta masyarakat umum Cikaret Bogor dan sekitarnya. Hari itu mereka datang berduyun-duyun untuk menghadiri dan melakukan diskusi bersama tentang krisis global tersebut.
Diskusi Publik yang mengusung tema Kapitalisme di Ujung Tanduk, Khilafah di Depan Mata tersebut dilaksanakan berkat kerja bareng Rohiskan STP Jurluhkan Cikaret Bogor dengan DPC HTI Ciapus yang menghadirkan tiga narasumber dengan background berbeda: kalangan akademisi, praktisi bisnis , dan pengamat ekonomi politik Islam.
Elia Juhdi, SE, MM yang merupakan dosen tetap pengampu mata kuliah Ekonomi di Jurusan Penyuluh Perikanan STP Cikaret, hadir sebagai narasumber dari kalangan akademisi. Untuk memperdalam materi diskusi hadir pula narasumber dari kalangan praktisi bisnis, Drs. H Ray Iskandarsyah. Beliau adalah Pemilik dan Pengelola ritel peralatan olah raga ”King’s Sport”. Tak terlewatkan, Ketua DPC HTI Ciapus Ust Boni Shallehuddin, bertindak sebagai narasumber yang mewakili pengamat politik ekonomi Islam.
Pada sesi pertama Diskusi Publik tersebut, narasumber Elia Juhdi, SE, MM banyak mengupas landasan filosofi dan landasan gerak ekonomi kapitalisme. Beliau menyampaikan bahwa ekonomi kapitalisme merupakan derivatif dari konsep teori Darwinian ”Struggle for Live = yang kuat menang dan berjaya, yang kalah layak mati” yang melahirkan konsep Darwinisme Sosial. Labih lanjut dikatakan oleh beliau filosofi ini membentuk karakter kapitalisme yang individualisme, tidak mengenal tanggung jawab moral dan kemanusiaan, dan menghalalkan segala cara asal memperoleh keuntungan untuk mengembangkan kapital.
Drs. H. Ray Iskandarsyah memfokuskan pada betapa sulitnya pelaku usaha muslim untuk bisa survive dalam lingkungan sistem ekonomi kapitalisme. H. Ray menyampaikan dua kesulitan tersebut, yaitu (1) Tidak ada jaminan kepastian usaha dalam lingkungan ekonomi kapitalisme (terkait dengan fluktuatif nilai mata uang yang menjadi salah satu komoditas dalam lingkungan ekonomi kapitalisme), (2) Benturan antara praktik-praktik ekonomi kapitalisme yang menghalalkan segala cara dengan aturan pengelolaan dan pengembangan harta dalam Islam (ex : ekonomi berbasis ribawi).
Adapun Ust. Boni Sholehuddin memandang ekonomi kapitalisme yang sedang berada di ujung tanduk kehancuran dan keruntuhannya bukan hanya sekedar moral hazard pelaku ekonomi kapitalisme tetapi lebih berpangkal pada kesalahan sistem ekonomi yang melandasi kapitalisme itu sendiri. Ust. Boni menyebutkan 3 (tiga) perkara mendasar yang menjadi biang kerusakan ekomi kapitalisme, yaitu : (1) mengejar pertumbuhan ekonomi dengan mengabaikan distribusi, (2) ekonomi berbasis sektor non riil yang menciptakan pertumbuhan semu, (3) sistem mata uang kertas yang menumbuhkan inflasi dan memeratakan krisis.
Diskusi pun semakin meriah dengan diberinya kesempatan para peserta untuk berperan serta dalam sesi diskusi dengan audiens. Dalam sesi kedua tersebut terdapat tiga topik pembicaraan yang diangkat dan diajukan peserta, yaitu: (1) bukti bahwa krisis ekonomi menerpa dan dirasakan oleh kalangan rakyat kecil, (2) apa yang menjadi sumber dan akar permasalahan krisis ekonomi global, dan (3) solusi penyelesaian krisis ekonomi dan apa langkah praktis yang dapat kita lakukan semuanya.
Bukti bahwa krisis telah menerpa dan dirasakan oleh kalangan rakyat jelata dengan gamblang dan lugas disampaikan oleh Ust. Boni. ”Salah satu bukti kongkrit adanya krisis adalah berkurangnya nilai mata uang untuk membeli barang kebutuhan masyarakat.” katanya.
Untuk topik kedua yang diajukan oleh audien, ketiga narasumber bersepakat bulat menyatakan bahwa sistem ekonomi kapitalisme-lah yang menjadi dalang, akar dan sumber krisis ekonomi global. Selama sistem ini berlaku dan diterapkan akan senantiasa memunculkan krisis secara periodik. ”Solusinya adalah menganti dan menghapus sistem ini.” tegas H. Ray.
Sekali lagi ketiga narasumber bersepakat pula bahwa Islam sebagai ideologi yang mengatur urusan spritual, politik dan ekonomi menjadi satu-satunya solusi atas kondisi krisis ekonomi global. ”Langkah praktis yang dapat dilakukan oleh kita semua adalah open the mind kembali pada sistem Islam membuka dan merubah pola pikir dengan cara Islam secara keseluruhan termasuk di dalamnya aturan ber-ekonomi dan menjadikannya sebagai agenda gerak untuk implementasinya di tengah-tengah ummah.” tandas Ust. Boni. Dua jawaban terakhir dari sesi diskusi dengan audien ini menjadi kesimpulan penting dalam diskusi publik ini. (Humas DPC HTI Ciapus)
emang semua ini diakibatkan tidak adanya pemimpin islam yang menerapkan syariat islam di semua bidang