Pencarian korban selamat masih terus dilakukan di reruntuhan pabrik garmen di Dhaka, Bangladesh, yang telah menewaskan sedikitnya 200 orang.
Regu penolong bekerja sama dengan relawan untuk menyelamatkan korban yang terperangkap di antara puing bangunan.
Pencarian disaksikan puluhan ribu sanak keluarga para korban yang berkumpul di lokasi.
Polisi mengatakan pemilik pabrik mengabaikan peringatan agar melarang pegawainya memasuki bangunan setelah retakan muncul di dinding gedung pada hari Selasa.
Pengadilan Tinggi Bangladesh memanggil pemilik bangunan dan staf manajemen senior pabrik untuk hadir di pengadilan pada 30 April, demikian laporan media setempat.
Para pemilik pabrik dilaporkan telah melarikan diri atau bersembunyi.
Ongkos buruh
Polisi mengatakan pemilik bangunan dan pemilik pabrik telah dipidanakan atas musibah maut tersebut.
Jumlah orang yang masih terjebak reruntuhan belum diketahui, tetapi berdasarkan kesaksian korban serta saksi mata jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan.
Kecelakaan ini memunculkan pertanyaan mengenai standar keselamatan kerja Bangladesh yang sangat buruk.
Negara itu memiliki salah satu industri garmen terbesar di dunia, dan mengekspor pakaian murah ke pengecer-pengecer besar di negara Barat yang meraup untung dari murahnya ongkos buruh.
Perdana Menteri Sheikh Hasina mengumumkan hari Kamis sebagai hari berkabung nasional.
Ribuan pekerja garmen di kawasan lain kota Dhaka turun ke jalan dan memblokir beberapa ruas jalan untuk memprotes kematian para pekerja di pabrik tersebut. (BBC, 25/4)