HTI Press, Semarang. Dengan menaiki mobil wilis, dan dikawal oleh pasukan lari pembawa bendera Liwa Raya, pembicara Muktamar Khilafah Jawa Tengah menuju panggung dari tribun utama. Aktivis Hizbut Tahrir Jawa Tengah Khoirul Anam mengawali orasinya dengan tema perubahan dunia Islam menuju khilafah. Peserta tak henti hentinya menyambut seruan takbir dan khilafah, Ahad (5/5) di Stadion Jatidiri, Semarang.
Seruan untuk menegakkan syariah Islam secara kaaffaah dalam bingkai sistem pemerintahan Islam disambut gegap gempita peserta dengan memekikan nama sistem pemerintahan Islam warisan Nabi Muhammad SAW. “Khilafah! Khilafah! Khilafah!” seru sekitar sepuluh ribu lebih warga Jawa Tengah dengan semangat dan serentak.
Khoirul Anam mengakhiri orasinya dengan mengajad peserta membaca surat An Nashr bersama, stadion pun bergemuruh dengan bacaan surat pertolongan Allah tersebut.
Kini giliran Ahmad Faiz, seorang ulama, juga pejuang syariah dan khilafah dari Solo, menyampaikan kewajiban memperjuangkan tegaknya negara khilafah. Faiz menyampaikan dalil dalilnya dengan penuh semangat, disambut teriakan takbir oleh peserta. Faiz pun kemudian mengajak peserta berdiri dan mengucapkan janji akan berjuang bersama-sama dengan Hizbut Tahrir dalam perjuangan penegakan syariah dan khilafah.
Kemudian peserta yang berdatangan dari berbagai daerah di Jawa Tengah disuguhi teatrikal yang diperankan ratusan santri. Mereka secara bersemangat memerankan bagaimana Islam masuk ke nusantara, dengan damai, dan memberikan kesejahteraan. Lalu datanglah bergantian kaum penjajah sehingga benar-benar keadaan menjadi kacau hingga sekarang.
Di tengah-tengah mereka ada telur emas yang merekah dan muncullah seorang anak yang membacakan pusisi. Puisi anak yang mengungkapkan kegundahan seorang anak kepada ayah bundanya yang hidup dalam lingkungan kapitalis.
Naiklah, Abdurrouf, pejuang syariah dan khilafah dari Banyumas, ke podium menyampaikan tentang bobroknya kondisi hidup dalam lingkungan kapitalisme. Aliran sesat, pornografi, korupsi para penguasa dan lain lain adalah yang disampaikan Rouf dalam pidatonya. Ia menyampaikan dengan sistem khilafah-lah kemungkaran-kemungkaran itu dapat dihancurkan.
Dua pembicara berikutnya adalah dari DPP HTI, yaitu Abu Zaid dan M Ismail Yusanto. Abu Zaid menyampaikan mengenai arah perubahan yang kini ada. Perubahan yang mencakup empat yang mendasar yaitu kedaulatan di tangan rakyar menjadi di tangan syara’, kekuasaan di tangan pemilik modal menjadi di tangan umat, legalisasi hukum di tangan parlemen menjadi di tangan khalifah, dan kaum Muslim tercerai berari menjadi disatukan dengan mengangkat seorang khalifah untuk seluruh dunia.
Sedangkan Ismail yusanto sebagai Juru Bicara HTI menyampaikan pidato politik HTI, dengan tema mencampakkan demokrasi dan menegakkan khilafah.
Ratusan santri kembali beraksi memainkan teatrikal. Mereka mengibarkan bendera Liwa Roya dengan membawa kabar baik, dan berhasil mengubah dunia yang gelap (disimbolkan dengan bola dunia yang berwana hitam) menjadi dunia yang penuh kemajuan dan kesejahteraan dan diridloi Allah, dengan simbol bola dunia emas yang besar yang yang tertancap dengan kuat bendera Liwa dan Roya. Seluruh peserta pun menyanyikan nasyid Khilafah Tlah Kembali.
“Inilah puncak acara ! Inilah Semangat Para Pengemban Dakwah dan Pendukungnya ! Inilah gelora dan kerinduan Peserta akan Tegaknya dan kembalinya Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah! Allahu Akbar !!!” pekik pembawa acara.
Acara ditutup dengan doa yang merindukan pertolongan Allah akan tegaknya khilafah. Kembali peserta diingatkan bahwa usaha sebesar apapun, penentu dari segalanya adalah pertolongan Allah. Setelah doa selesai langsung acara ditutup, dan sound system mengeluarkan nasyid Al Khilafah Wa’dullah, wa busyra Rasulillah.[]Infokom Jatim/Joy